RIMBA BARA - Kabar Garis Persaudaraan


Pada saat pertempuran terjadi antara Tonggak Dewa dengan Para Siluman, Baskara maupun Watu Aji masih ragu untuk bertindak, karena mereka belum jelas sebab musababnya.

Kini setelah Si Penakluk Iblis berada di pondok dan menceritakan, mulai terang duduk permasalahannya.

Rupanya orang tua tersebut merupakan salah satu tokoh yang pernah secara langsung menghadapi Dedengkot Iblis. Julukan angker disandangnya karena tak terhitung jumlah pasukan iblis yang ia bantai. Kristal Pembeku apilah yang menjadi andalannya, dengan benda itu ia kerahkan ribuan binatang-binatang buas dalam pertempuran, Para Iblis kewalahan, hingga Para Ksatria mampu menerobos masuk markas Para Iblis, dan Sang Raja Kegelapan yang telah terkurung tak berdaya saat menghadapi Pusaka yang menjadi titik lemahnya, yakni Pedang Kosmos. Merupakan sebuah pedang yang ditempa dari logam yang berasal dari Batu Langit. Pemilik pedang itu adalah satu dari Ksatria Utama, bergelar Malaikat Tanpa Bayangan.

Begitu bagian tubuhnya tersentuh pedang, menjeritlah Si Kuasa Jahat, pudar semua energi gaibnya, dan tinggal satu kali gerakan tuntas semua sumber petaka. Tapi sayang, begitu Malaikat Tanpa Rupa hendak menghabisi Raja Iblis, ruang tiba-tiba di selimuti gelap, dingin dan membekukan tulang, walau pada akhirnya Para Ksatria sanggup memudar pengaruh yang ada, target mereka sudah raib dari tempatnya semula. Hilang tanpa jejak.

"Bagaimanakah dapat terjadi Ki?"

Sejenak Ki Tonggak Dewa terdiam, "Penasehat Agung, mereka-mereka ini pengikut setia Para Iblis dari golongan manusia, pemilik Kuasa Para Mistik."

"Para Mistik? Jadi ada dari mereka yang jahat Ki?" tanya Baskara kembali.

"Ya, kau tahu? Tidak semua manusia juga baik hatinya, ada sebagian dari mereka yang dipengaruhi hasrat duniawi, hingga menjadikan diri budak Para Iblis."

Siluman Kuil Salju belumlah lama berdiri, baru sekitar tujuh tahun yang lalu. Para Siluman merupakan perpaduan antara Para Iblis dan Manusia, mereka mampu muncul di siang hari. Menurut Ki Tonggak Dewa, Para Siluman rata-rata berambut putih baik tua ataupun muda, matanya lebih dominan putihnya ketimbang hitam. Walau ada yang baik, sebagian besar siluman berhati jahat, karena dipengaruhi darah iblis di tubuhnya.

Mereka memiliki kemampuan yang tidak dimiliki manusia, seperti mampu melayang di udara, ataupun berubah wujud menjadi hewan buas. Dan uniknya, pertumbuhan siluman sangatlah cepat, walau berumur belum genap sepuluh tahun, siluman akan tampak sebesar manusia yang berumur dua puluh tahun.

Ambisi Pemimpin Siluman Penguasa Kuil Salju sudah terlihat beberapa tahun lalu, sering ia mengirim anak buahnya meneror Si Penakluk Iblis, agar menyerahkan Kristal Pembeku Api, tujuannya jelas, dengan kristal itu maka semua hewan buas akan tunduk pada kekuasannya. Tak diduga hari itu merupakan serangan pamungkas, setelah gagal berkali-kali Sang Pemimpin Kuil Salju ikut turun tangan.

"Dewi Tongkat Petir Kematian! Tak kuduga serangan petirnya mencapai tingkat pamungkas, bahkan Perisai Cincin Sukma yang melindungi dirikupun tak mampu menahannya," lelaki tua itu menujukkan sebuah cincin batu berwarna hitam gelap yang ia pakai di jari manis tangan kanannya.

"Lantas bagaimana Ki? Apa rencana kita merebut Kristal itu?"

Penakluk Iblis menggeleng-gelengkan kepala. "Entahlah, dengan kemampuanku sekarang, akan makin sulit menaklukkan siliman itu."

Baskara terpikir untuk meminta nasehat Ki Raganata, orang tua yang banyak tahu itu pasti bisa memberi solusi yang jitu, pikirnya.

Waktu bergerak, malam telah menyelimuti mayapada. Baskara melangkahkan kaki menuju tempat Ki Raganata berada. Ia sendirian, Si Jabrik dimintanya menemani Ki Tonggak Dewa.

Satu pemandangan aneh kembali di suguhkan oleh lelaki tua bertongkat kristal. Kali ini saat ia datang, tampak Ki Raganata tengah berdiri di samping pondok, setelah dekat ternyata di samping pohon telah ada sebuah kubangan air serupa kolam, dan yang membuat si pemuda tak habis pikir, ada seekor kura-kura berukuran besar diam dalam tempurungnya di pinggir kolam itu.

"Jangan heran Ananda, ia Tura, kura-kura tua yang menjadi sahabatku. Perjalanan jauh sudah dilaluinya, kuminta ia menemaniku. Kau tahu apa artinya?" balik tanya Ki Raganata sambil membalikkan badan ke arah si pemuda.

"Aku tak tahu Ki."

"Ha ha.. Artinya, aku merasa kerasan tinggal di daerah ini." Tangannya membuat gerakan mempersilahkan duduk. Baskarapun duduk. Matanya tak sadar memandangi kristal berwana kuning di pangkal tongkat. Beruntung orang tua ini memiliki benda itu, sinarnya setara dengan dian minyak kelapa. Mampu menerangi sejarak beberapa tombak.

"Kau menginginkannya Ananda?" tegurana Ki Raganata membuat si pemuda merasa malu.

"Oh tidak Ki, barang langka, lagipula lebih bermanfaat untuk Aki."

Tangan kanan lelaki tua itu di acungkan di depan Baskara, telapak tangannya menggenggam, dan saat ia buka, mata si pemuda berbinar, tampak cahaya berwarna kuning. Sama persis dengan yang ada di tongkat milik si tua.

"Untukmu, terimalah."

"Tapi Ki, ini benda mestika," pemuda itu ragu menerimanya.

"Ya, memang benda mestika, dan manfaatnya bukan sekedar sebagai penerangan."

"Adakah fungsi lain Ki?"

Ki Raganata mengangguk, "Taruhlah di salah satu ruang di pondokmu, dan untuk seterusnya, kau tak perlu khawatir bakal di satroni Para Iblis. Sejarak sepuluh tombak, kekuatan kristal ini akan melindungi kalian, Para Iblis bisa terbakar tubuhnya bila memaksa mendekat."

Mendengar penjelasan Ki Raganata, si pemuda merasa takjub, ia akhirnya menerima pemberian si orang tua, di simpannya batu kristal itu dengan hati-hati.

"Adakah perihal yang hendak kau tanyakan padaku Ananda?" tanya si orang tua sambil tangannya melempar beberapa ranting ke dalam tungku di depannya.

"Ada Ki, satu peristiwa kami alami siang tadi," iapun menceritakan kejadian di sungai, tentang Tonggak Dewa, Para Siluman, Batu Kristal Pembeku Api, serta Penguasa Kuil Salju.

Orang tua itu khusyuk mendengarkan cerita pemuda sembari manggut-manggutkan kepalanya. Selesai Baskara bercerita, ia lantas mengomentari, "Beruntung kalian berjumpa dengan Si Penakluk Iblis, dan bahkan ia bersamamu sekarang. Ia Ksatris Legendaris, adalah betul apa yang di terangkannya, Penakluk Iblis memanglah salah satu Ksatria Utama yang berhadapan langsung dengan Raja Kegelapan. Ksatria tangguh yang sukar di cari tandingnya bila duel satu lawan satu."

"Terus Ki, bagaimana menurutmu cara menghadapi Penguasa Kuil Api dan merebut Kristal Pembeku Api dari tangannya?" tanya si pemuda.

"Jangan khawatir, Para Siluman lemah menghadapi Para Mistik, kau bisa mengandalkan aku menghadapinya, tapi lain soal bila di tambah dengan Kristal Pembeku Api, kurasa kita perlu mengumpulkan kekuatan tambahan dulu Ananda." Pandang mata Ki Raganata beralih ke arah kegelapan di belakang si pemuda.

Terdengar satu suara memberi salam.

"Salam hormat saudaraku, aku datang memenuhi panggilanmu." Seorang lelaki berdiri tegak di bayang gelap malam.

"Gagak Ireng! Kau rupanya! Mendekatlah! Bergabung kemari saudaraku!" balas Ki Raganata penuh semangat.

Lelaki yang di panggil saudara itu mendekat. Ia memakai jubah panjang berwarna gelap dengan penutup kepala, hanya sebagian wajahnya yang terlihat. Jenggot pendek berwarna putih sudah cukup bagi Baskara untuk mengetahui usia sang tamu tidaklah muda.

Dengan sopan Gagak Ireng memberi hormat pada keduanya. Baskara bahkan perlu berdiri menunjukkan santun pada yang lebih tua.

"Duduklah saudaraku, janganlah sungkan-sungkan. Pemuda gagah ini Ananda Baskara, orang baik lagi dapat dipercaya," kata Ki Raganata sembari mempersilahkan.

Si tamu duduk tanpa melepas jubahnya, sepertinya ia lebih suka dalam tabir kemisteriusan.

"Bagaimana kabarmu dan kawan-kawan saudaraku. Adakah kalian baik-baik saja?" tanya Ki Raganata setelah menyuguhkan  minuman untuk dua tamunya.

"Aku ada baik-baik saja seperti Kakang Nata lihat. Tapi ada juga kabar buruk menimpa salah seorang rekan kita." Gagak Ireng menjawab, dengan nada sedih diakhir kata.

Alis Ki Raganata berkerut, "Astaga!? Kabar buruk apa dan menimpa siapakah?"

"Saput Mega Kakang, ia tewas dalam tugasnya."

"Ohh!" Raut kesedihan terpancar di wajah si tua Raganata, ia menunduk lama dengan mulut komat-kamit seperti membacakan doa. Tangannya di usap kewajahnya beberapa kali, kemudian ia kembali memandang si tamu. "Siapa pembunuhnya?"

"Para Iblis Kakang, tapi kami tak tahu pelaku pastinya. Tubuhnya penuh luka bekas cakaran. Yang jelas memang kami tengah menyelidiki kejadian akhir-akhir ini, dimana penyerangan Para Gulot yang makin gencar."

"Makhluk-makhluk terkutuk itu!" suara Ki Raganata meninggi, kembali ia usap wajahnya. "Adakah kabar penting kalian dapat dari hasil penyelidikan saudaraku?"

"Ada Kakang. Kami berhasil sedikit menyingkap tabir misteri. Bahwa Para Iblis menggalang kekuatan untuk bangkit. Mereka ternyata telah memiliki penerus Sang Raja Kegelapan, yakni Pangeran Muda Iblis."

"Pangeran Muda iblis?" tanya Ki Raganata keheranan.

"Benar Kakang, makhluk ini konon hasil perkawinan antara Penguasa Gelap itu dengan bangsa Siluman." Lepas menjawab Gagak Ireng meneguk minumannya. "Yang lebih menakutkan, Sang Pangeran Iblis ini mewarisi seluruh energi sisa yang di miliki orangtuanya," lanjutnya.

Raganata mengeluarkan bunyi seperti tersedak, "Hah, semacam itu kau anggap menakutkan, bila hanya mengandalkan sisa energi ayahnya, biarlah aku yang maju sendiri. Tak nanti Pangeran Muda ini masih mampu mempertahankan nafasnya!"

"Jangan takabur Kakang, belum tahukah apa perisai dan senjata yang di miliki Pangeran Iblis ini?"

"Apa maksudmu? Jangan berteka-teki denganku." Raut wajahnya menunjukkan ketidaksabaran.

"Makam Raja Dogma terbongkar, Kakang pasti tahu apa yang ada di dalamnya?"

Terhenyak si orang tua mendengar perkataan Gagak Ireng barusan.

"Pusaka Elmaut dan Perisai Mentari!? Jangan kau bilang benda-benda mestika itu di kuasai Para Iblis?" tebak Ki Raganata setengah histeris.

Gagak Ireng menjawab dengan anggukan.

Bersambung.

EPISODE SEBELUMNYA | EPISODE SELANJUTNYA

Baca SERIAL RIMBA BARA lainnya.

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment