Si Smart Cat


Dela sibuk betul pagi itu, bolak balik ke kamar mandi. Ayah yang sedang duduk santai di kamar bertanya heran, "Lagi apa Del, ayah lihat dari tadi ke kamar mandi?"

"Ini nih yah, mandiin si Smart Cat." jawab Dela sambil menunjukkan seekor anak kucing berbulu putih yang di buntal dengan handuk.

"Astaga, kucing rupanya, kenapa di mandiin segala?"

"Habis badannya kotor yah, nih bulu-bulunya juga rontok."

Si Ayah memgamati kucing yang di balut handuk itu, kucing kecil yang terlihat kurus dan sepertinya kurang sehat.

"Kucingkan nggak suka air Del, kenapa dimandiin? Itu juga kok pake handukmu, nanti kotor jadinya."

Dela tak menjawab, memberengut dan meninggalkan ayahnya.

Kucing yang diberi nama Smart Cat dipungut Si Adel di depan rumah, mungkin di buang oleh yang punya, semenjak memelihara kucing itu selalu sibuklah dia, setiap pulang sekolah pasti segera menggendong ke mana-mana anak si anak kucing. Yang membuat ayah geleng-geleng kepala, si Adel selalu saja membawanya ke kamar mandi untuk dimandiin.

"Bun, itu si Adel punya kucing kenapa di mandiin terus? Lagian dia keringkan pake handuk." adu ayah pada isterinya.

"Biarlah yah, itu kucing penyakitan makanya dimandiin pake sabun biar bersih."

"Pake sabun? Waduh Bun, bisa nular ke kita itu penyakit, nti gatal-gatal lho?"

Tapi rupanya Bunda dan Adel kompak, bukannya melarang malahan ikutan sibuk ngurus si anak kucing. Ia acuhkan peringatan ayah dan malah sibuk bikin susu.

"Buat Smart Cat." ujarnya saat si ayah masih bengong menunggu jawaban.

Si Smart Cat memanglah tidak nakal, anak kucing itu nurut saja di mandiin dan di jurus oleh Adel, tapi entah karena terlalu sering di mandikan atau karena sudah bawaan penyakitan, dari hari ke hari kondisi si kucing bukannya membaik. badannya malah semakin kurus dan mulai tak doyan makan.

Ayah yang mengikuti perkembangan si kucing kecil ikut prihatin.

"Sudahlah Del, jangan terlalu sering di mandikan, dan juga jangan selalu di gendong begitu, biar tu kucing bebas bisa jalan ke sana ke mari, nanti makin stress lho tu kucing."

"Ih Ayah ni, inikan kucing kesayanganku lho yah, ya harus kugendong terus."

"Iya, tapi agak gak kamu lihat tu kucing makin hari makin lemes gitu? Dan ayah perhatiin dan gak mau makan."

"Si Smart Cat sakit lho yah, ni bulunya aja makin rontok, harus di bersihin ni Yah, mandiin pake sabun."

"Eh eh, jangan Del, kasian, tu kucing bisa kedinginan, jangan di mandiin terus." cegah si ayah.

Adel diam. Sepertinya ia mulai memikirkan ucapan ayahnya, terbukti urung memandikan si Smart Cat.

Walau demikian, keadaan si kucing makin tak sehat, tak mau makan dan hanya tiduran aja. Hingga di satu pagi waktu ayah hendak pergi kerja, ia temui si kucing diam tak bergerak dengan mulut berair. Si Ayah coba memggoyang-goyang badannya, tetap diam. Mati. Rupanya si anak kucing telah mati.

"Del! Del! Smart Cat ni Del!"

Adel yang lagi pake seragam sekolah buru-buru keluar dari kamar.

"Smart Cat mati ini." ucap ayahnya.

"Yang bener Yah!?"

Adel memandang kardus tempat tidur Smart Cat, saat dilihatnya si kucing diam kaku tak bereaksi lantas saja dia menangis.

"Hu huu, Smart Cat mati yah... "

"Sudah-sudah, jangan menangis, ini baiknya ayah kubur kucingnya."

"Di.. dimana yah nguburnya...?" tanya Adel dengan masih sesenggukan.

"Samping rumah aja." Ayah bergegas mengambil cangkul.

Sebuah lubang yang tak terlalu dalam yang diperkirakan seukuran tubuh anak kucing dengan waktu singkat tergali. Lantas ayah mengambil bangkai anak kucing, menguburkannya di lubang itu. Adel yang melihat kucing kesayangannya terkubur di tanah menyaksikan dengan mata menggenang.

Selesai menguburkan Smart Cat, Ayah mengusap-usap rambut anaknya. "Sudah-sudah, kucingmu itu memang sakit-sakitan, wajar saja dia mati, nanti pasti Adel bisa punya kucing lagi sebagai penggantinya, jadi jangan sedih."

Beberapa bulan berlalu sejak kematian Smart Cat. Ayah bahkan sudah lupa kalau anaknya pernah memelihara kucing.

Hari itu seperti biasa selepas kerja Ayah langsung pulang kerumah berganti pakaian dan duduk santai di kamar membaca buku.

Namun baru saja beberapa lembar membaca, terdengar teriakan anaknya. "Yah yah, ayah sudah pulang ya?"

"Iya, ini di kamar, ada apa Del?" baru selesai menjawab, anak perempuannya sudah berdiri di depan kamar.

"Surprise!" teriaknya sambil tersenyum lebar.

Di dua tangan Adel ada seekor kucing putih mungil.

"Smart Cat yah!' kata anaknya dengan gembira.

Ayah tersenyum memandangi anak kucing itu. "Nah betulkan ayah waktu itu bilang, pasti Adel bisa punya kucing lagi."

Adel tersenyum riang, "Iya yah, Ayah betul, ini kucing ada didepan rumah waktu pulang sekolah tadi."

"Tapi ingat, jangan terlalu sering di mandikan ya."

Adel mengangguk-angguk, dan mereka berduapun tertawa bahagia.

Selesai.

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment

Previous Post Next Post