Menangkap Sang Penipu


Dah terbiasa buatku, tiap kali jenuh di kostan pergi maen ke tempat kawan akrabku yang beda kostan. Gio namanya.

Siang itu kutinggalkan kostan dan mengunjungi kostannya. Begitu sampai, karena sudah biasa langsung aja aku nylonong masuk.

"Weh Wok, masuk-masuk," sambut kawanku.

Aku tersenyum, dan menyalaminya. Dia tidak sendirian, ada satu pemuda yg tak kukenal disitu, tapi segera kusalami.

"Jarwok," kataku.

"Lando," balasnya.

Gio menjelaskan, kalo Lando sebenarnya kawan si Imron teman kost kamar sebelah, baru semalam ia berkenalan, karena enak di ajak ngobrol, akhirnya Lando dimintanya menginap di kamarnya.

Lando memiliki perawakan badan yang agak kurus, kulitnya putih bersih, wajahnya bisa di bilang ganteng, dan dari pakaian terlihat sangat menjaga penampilan.

Kamipun ngobrol cukup lama. Entah mengapa, dengan si Lando aku tak bisa akrab, obrolan kami kaku, sedang Lando sendiri termasuk kalem, sopan tutur katanya. Heran juga, padahal biasanya aku cepat akrab dengan tiap kawan Gio.

Agak sore Lando pamit, dia bilang mo keluar dulu, ada janjian dengan kawan perempuannya.

"Kawan apa kawan...." Ledek Gio sambil tertawa. Lando hanya tersenyum tipis, dan melangkah keluar.

Kembali aku ngobrol dengan kawanku. "Aslinya darimana si Lando itu Yo?" tanyaku.

"Katanya dari Jawa," jawabnya. "Kata dia sih terhitung masih saudara orang penting di negara kita," lanjut Gio.

"Terus ngapain keluyuran sampai sini?"

Gio angkat bahu, "Mengunjungi temen perempuannya mungkin."

Hingga larut malam di kostan Gio, menjelang jam 12 malam aku pamit.

"Gila lu, nggak nginep?"

"Besok lagilah, takutnya si Lando pulang, aku takut ngganggu kebersamaan kalian," candaku.

"Slompret! Memang gua cowok apaan!?" Umpat Gio. Aku nyengir dan ngacir pulang. Biar pulang malam gak masalah buatku, karena sudah terbiasa.

Empat hari setelahnya kembali aku kunjungi kostan Gio. Tak kulihat lagi si Lando.

"Kemana Lando?" Tanyaku iseng.

"Alah, gaya sok nanyain, baru ngrasa kangen sekarang ya," ledek Lando. Sial, rupanya ia balas candaanku malam dulu.

"Bukan gitu, siapa tahu dia pergi tanpa ninggalin kenang-kenangan spesial buatmu," balasku.

"Sapa bilang! Dia ninggalan kok, tuh kaos kotornya ditinggalin, biar kotor tapi merk terkenal," tukas Gio.

"Lha terus dia pakek apa?" tanyaku.

"Ku pinjemin kemejaku, satu," jawab Gio sambil mengacungkan jari telunjuk dan memonyongkan bibir.

"Asyik! Dah tukeran baju, brarti tu tanda terjalin ikatan sakral dong!" Ledekanku spontan menjadi.

Buk! Gio pukul bahuku, "Udah ah, kaya orang bego lu!" Makinya.

"Just kidding bro," ucapku sambil senyum.

Gio melunak, kami kembali ngobrol, iapun menceritakan kalo Lando orangnya supel, cepet akrab dengan anak-anak kost lain.

"Dah kenal dengan kawan kita yang kost di ujung, si Vijay, bahkan sekarang Lando nginap di rumah Rio kawan Vijay." Tutur Gio.

Aku tetap menyimak, "Oh gitu, jadi sekarang dah gak di sini."

Gio mengangguk, "Iya, sekarang lebih banyak nonkrong di Stasiun radio tempat kakak perempuan Rio kerja. Sial tu anak, kemaren pacarnya kesini nyariin, rupanya gak di kasih tahu kalo dia dah gak disini."

"Sial buat kamu ya, gak ada cewek yang nyariin," mulutku kembali usil.

"Mulai lagi lu," ucapnya gusar. "Maksud gua tu cewek nyariin Lando, pasalnya tu anak bawa Kartu ATM-nya tu cewek, mana senomor pinnya pulak dah di kasih tau," lanjutnya.

"Waduh! Gaswat itu, jangan-jangan si Lando termasuk cowok matre."

"Udahlah, bosen ngobrolin tu anak, makin gak jelas dia, mo matre mo matri bodok amat." Kamipun lantas mengalihkan pembahasan.

Malemnya saat kami duduk santai di luar kamar, tampak di depan kamar Vijay berkumpul beberapa orang, terlihat pula si Rio. Wajah orang yang bersamanya tampak menunjukkan kekesalan. Karena kami tak tahu menahu, kamipun tetap ngobrol tanpa menghiraukan mereka.

Berselang lama rombongan di kamar Vijay dah pada bubar, Vijay terlihat termangu di depan kamar, saat melihat aku dan Gio duduk di luar, tampak ia berjalan menuju kami.

"Kapan dateng Wok?" Tanyanya sembari menyalami.

"Tadi siang, banyak tamu rupanya barusan?" Jawabku sambil balik tanya.

Ia garuk-garuk kepala, "Urusan ruwet," ucapnya.

"Ruwet pegimana?" Tanya Gio.

"Itu tu, temenmu si Lando, dia bikin masalah," jawabnya terlihat jengkel.

"Masalah? Kelihatannya tu anak baik, sopan lagi orangnya," ujarku.

"Bah, musang berbulu domba tu anak. Awalnya memang terlihat baik, ramah, denganku juga ramah, malah tak suruh maen ke rumah bibiku kalo pas ke daerah kami. Begitu juga dengan Rio, makanya keluarga Rio welcome ma dia, bahkan sering di ajak kakaknya ke stasiun radio tempatnya kerja dan akrab pula ma para fansnya, tapi tahunya..?' Vijay menggantung penuturannya.

"Tahunya gimana Jay?" Desak Gio penasaran.

"Dia tu bajingan penipu!" Umpat Vijay setengah teriak. "Kalian tahu apa yang dah di perbuatnya? Dia bohongin pacarnya, semua uang di ATM-nya di kuras abis, trus dah nyuri perhiasan emas milik keluarga Rio, dan yang ketiga, dia tu selama nongkrong di Stasiun Radio rupanya dah mbujukin para fans radio buat ngadain acara kumpul-kumpul para fans, ditarikin uang tiap fans radio tanpa sepengetahuan kakak Rio, dan sekarang dimana dia? Di hubungi gak bisa, di cari kemana-mana gak ada, dah kabur tu anak! Apa gak bajingan tu namanya!?" Lanjutnya dengan suara menggebu.

"Lha tu tadi yang pada dateng siapa Jay, apa para fans radio yang ketipu?" Tanyaku.

Dia mengangguk, "Betul, dari cerita mereka aku tahu semuanya, barusan ke sini nanyain apa tahu dimana Lando, ya ku jelaskan aja, sejak tinggal di rumah Rio tu anak gak pernah nongol kemari."

"Ruwet juga Jay, tapi mo apa kita sekarang? Tu anak raib gak keliatan, smoga cepet ketangkep ama aparat, biar di hukum sesuai kelakuannya," ujarku kemudian.

Vijaypun pamit, aku dan Gio masuk kembali ke kamar, sebentar kami bahas soal Lando dan beranjak tidur. Biar kudengar Gio dah mendengkur, pikiranku masih melantur, semalamen aku rebahan sambil mikirin ulah Lando yang ternyata seorang penipu ulung.

Karena semalam tidur agak larut, aku bangun agak kesiangan. Gio yang membangunkan dengan terburu menggoyang badanku.

Dengan mata masih susah di buka aku bangkit, kupandang Gio yang duduk di samping ranjang.

"Sorry bro, bukannya gua mo ganggu mimpi indahmu, tapi ada kabar penting ini," ucapnya.

"Kabar apa?" Tanyaku setelah mampu memulihkan kesadaran.

"Soal Lando," jawabnya.

"Lando? Kenapa lagi dia? Apa sudah ketangkep?"

"Bukan gitu, itu si Vijay nunggu di luar, barusan dia bilang, dia dapet telpon dari bibinya, tadi pagi ada kawannya, ngaku kalo kawan Vijay," tuturnya.

"Kawan Vijay, trus kenapa memang?" Tanyaku dengan nada linglung.

"Yaelah lu bro, bangun dong.. Masalahnya tu kawan yang dateng ke rumah Vijay ngaku namanya Lando," jelasnya.

Aku kaget. Lando? Dah sampe rumah bibi Vijay? Gila tu anak. Aku langsung bangun, keluar menemui Vijay. Pemuda itu tampak gelisah sambil memegang hape.

Begitu melihat aku dan Gio keluar mulutnya langsung berucap, "Gimana ni!?"

Aku diam, otakku coba berpikir begitu juga Gio.

"Gini aja Jay, lu sekarang telpon bibi lu, upayakan menahan si Lando biar tetep di rumah bibi lu, di suguhin kopi dulu apa makan gitu..." kataku kemudian.

"Trus?" Tanya Vijay.

"Nah, sekarang juga kita ke rumah bibi lu, ntar sampek sana langsung kita tangkep tu anak. Pokoknya bilang ama bibi lu gimana caranya nahan anak tu supaya gak pergi sebelum kita dateng," jelasku lebih lanjut.

Vijay menuruti gagasanku, segera ia telpon balik bibinya, selesai telpon, tanpa sempet membersihkan badan kita bertiga langsung berangkat ke rumah bibi Vijay.

Bibi Vijay orangnya baik, sayangnya nggak punya keturunan, makanya dari sejak SMA Vijay tinggal di rumah bibinya, dan dah dianggap anak sendiri. Bahkan biaya kuliah juga bibinya yang nanggung. Kurang lebih satu jam baru kami tiba di rumah bibinya, pintu depan rumah tampak terbuka. Begitu kami sampai depan pintu, tampak di ruang depan bibi Vijay dan satu orang lain yang sedang asyik menikmati minumnya berupa kopi, si Lando.

Melihat kami yang datang, sang bibi bangkit menyambut, "Ayo Jay masuk, ini nih temenmu yang bibi bilang, dah dari pagi kesini, rencananya mo nginep sini katanya, untung kamu cepet dateng, kasian gak da temen."

Bibi Vijay memang belum tahu perihal Lando. Lando sendiri rupanya gak nyangka kalau kami sudah tahu semua tentang aksinya, ia ikut bangkit dan tersenyum lebar.

Vijay melangkah masuk, "Ndo, sampek juga lu tempat bibi gua," ucapnya.

"Iya Jay, lu kan dah pernah ngomong ke gua alamat bibi lu, makanya gua mampir," balas Lando.

Vijay dengan tenang mendekat ke arah Lando, kemudian ia kembali buka mulut, "Ya udah, sekarang lu tetep diem di situ Ndo, kita semua dah tahu ulah lu di rumah Rio ma di stasiun radio, kalo lu kita tangkep tenang, gua jamin lu baik-baik aja, tapi kalo berulah kita bertiga gak segen-segen bikin lu babak belur di sini," kata Vijay tegas dengan sedikit mengancam.

Lando terperangah kaget, begitu juga bibi Vijay. Si Vijay kemudian segera maju, di pegangnya bahu Lando dan menelikung tangannya kebelakang. Lando diam tak melawan, dia takut juga rupanya dengan ancaman Vijay barusan.

"Ayo! Lu musti tanggung jawab segala perbuatan lu!" Ucap Vijay sangar sambil menggiringnya keluar.

"Jay, nanti dulu Jay.. Ini semua pasti salah paham Jay.. jangan gini dong, kalaupun gua ada salah gua minta maaf.." ucap Lando.

"Apaan minta maaf, lu dah banyak ngrugiin orang."

"Jangan gitu Jay, iya iya.. kalo emang gua ngrugiin, nti gua ganti semua kerugiannya Jay.." kata Lando coba membujuk dengan nada mulai memelas.

"Udah Ndo, sekarang lu nurut aja, kalopun emang kamu ngrasa nggak bersalah, ntar jelasin aja di kantor polisi," ujar Gio.

Kami bertiga lantas pamit pada bibi Vijay, dan membawa Lando ke kantor polisi. Di sana kami jelaskan segala perkara yang terjadi, dan kamipun menelpon Rio untuk mendatangkan saksi-saksi, cukup lama kami di kantor polisi sampai proses selesai.

Akibat perbuatannya, Lando kini meringkuk ditahanan, dan menunggu pemeriksaan lanjutan.

S e k i a n. 

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment

Previous Post Next Post