Mengungkap Pencuri Buku


"Jadi kapan kejadiannya Bu?" tanyaku pada Bu Hartati Wali Kelas VIIIA.

"Tadi pagi pak, waktu istirahat pertama," jawabnya.

"Sudah di periksa seluruh kelas?"

"Sudah Pak, sudah saya geledah, tapi tak ditemukan."

"Baik Bu, laporan saya terima, nanti saya akan usahakan solusinya, tapi adakah yg di curigai dari siswa di kelas tersebut, yg ada indikasi nakal dan kemungkinan mengambil barang itu?" Tanyaku lagi.

"Sebenarnya ada Pak, si Burhan dan Lukman, dua anak itu terkenal nakal. Sayangnya sudah saya geledah tas mereka tetap tak ada barangnya Pak."

Aku manggut2. "Ya sudah Bu, ibu boleh kembali keruangan ibu."

Seperginya Bu Hartati otakku mulai bekerja. Siapa yg mencuri barang2 milik siswa itu? Sebenarnya barang yg hilang bukan barang yg terlalu berharga, yaitu beberapa buah buku tulis yg masih kosong, milik seoranh siswi kelas VIIIA.

Biarpun begitu, kalau di biarkan nantinya akan terbiasa, jadi prilaku buruk, apalagi memang tugasku selaku Waka Kesiswaan utk menangani masalah seperti ini.

Berpikir agak lama, akhirnya ku minta salah seorang karyawan sekolah memanggilkan Ketua Kelas VIIIA.

"Permisi Pak," salam seorang siswa berbadan agak tegap.

"Yak, silahkan masuk," ucapku.

Setelah siswa itu duduk, segera aku menanyainya perihal barang yg hilang.

"Jadi kamu tidak tahu siapa yg ambil?"

Siswa yg bernama Hadi itu menggeleng. "Kejadiannya waktu istirahat Pak, kami tak tahu."

"Terus, waktu istirahat siapa yg keluar paling belakang?"

Hadi tampak berpikir sejenak. "Setahu saya, Burhan dan Lukman Pak."

Burhan dan Lukman? Tadi nama dua siswa itupun di sebut Bu Hartati.

"Apa mereka keluar ke kantin?" Tanyaku lagi.

"Tidak Pak, saya tadi juga agak telat keluar kelas karena menyalin tugas, nah, di kelas waktu itu memang masih ada Burhan dan Lukman, setelahnya saya kekantin, tapi mereka tidak kesana Pak."

"Lha kemana mereka?" cecarku.

"Tadi mereka masuk agak telat waktu pelajaran Pak Kismo, waktu di tanya mereka jawab barusan dari toilet Pak."

Setelah cukup menanyai Ketua Kelas VIIIA, kupersilahkan ia kembali ke kelas. Dari keterangan Hadi, kecurigaan melintas di otakku, karenanya aku segera keluar ruangan, yg kutuju toilet siswa.

Toilet siswa terletak di belakang, merupakan bangunan terpisah. Bagian tembok sebelah belakang menempel dengan pagar tembok sekolah, ada empat buah toilet di sana.

Begitu sampai, tak kuperiksa bagian dalam toilet, tapi langsung ku ambil sebuah bangku yg ada di depan satu toilet dan membawanya kesamping. Dengan bantuan bangku, dapat ku tengok bagian atap toilet. Yupz! Beberapa buku tulis tergeletak di situ sesuai dugaanku.

Satu masalah selesai, tinggal satu lagi. Burhan dan Lukman.

Sambil menunggu dua siswa yg ku panggil tanganku memegang gelas berisi air putih yg sedianya ku minum.

"Permisi Pak," salam terdengar. Dua orang siswa berdiri di depan pintu.

"Masuk," jawabku datar.

Dengan ragu mereka masuk. Setelah mereka duduk mulutku membuka...

"Kalian tahu kenapa saya panggil?"

"Tidak Pak," jawab seorang diantaranya.

"Ada pencuri di kelas kalian, kalian tahu itu?"

Keduanya saling berpandangan, kemudian mengangguk.

"Tahu siapa pencurinya?" Pancingku.

Sesaat mereka diam, lalu kembali menggeleng dan menunduk.

Kutarik laci meja, mengeluarkan beberapa buah buku. Buku2 yg kuambil dari atas toilet. Kemudian kutaruh di atas meja. "Kalian tahu ini?"

Saat melihat buku di meja wajah mereka berdua kontan pucat. Melihat itu tak kusia2kan, langsung kulanjutkan dengan aksi berikutnya.

Gelas berisi air putih di dekatku ku buka tutupnya, kutiup dengan ekspresi serius, mulutku komat kamit layaknya seorang dukun. Kusodorkan gelas itu tepat di depan mereka berdua.

Sebentar kupandangi wajah mereka yg makin pucat dan dengan penuh wibawa aku berucap, "Bapak sudah tahu, sudah tahu pelakunya... yg bapak mau kejujuran, kejujuran dari mulut kalian... " mataku sekilas melirik gelas yg kutaruh di meja.

"Kalau kalian tidak jujur... jangan salahkan bapak kalau terjadi sesuatu hal yg tidak kalian inginkan...."

Begitulah, gertakanku berhasil. Mereka berdua dengan terbata-bata dan hampir menangis mengakui pencurian yg telah mereka lakukan, dengan alasan tidak punya uang untuk beli buku.

Selesai mereka mengaku, tentu ku nasehati mereka banyak hal berkaitan perilaku buruk yg sudah mereka lakukan, dan mewanti2 keduanya jangan sekali2 mengulangi.

S e k i a n. 

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment

Previous Post Next Post