Aryo adalah anak lelaki berusia 12 tahun, ia tinggal di dusun di pinggir sebuah hutan yang cukup lebat, ayahnya seorang petani yang selalu sibuk mengerjakan tanah garapan. Terkadang Aryo membantu ayahnya bekerja di ladang, tapi diwaktu senggang Aryo seringkali bermain di hutan, ia memang berbeda dengan anak lainnya yang lebih memilih bermain bersama kawan-kawannya, Aryo lebih suka menyendiri di hutan, walau ayahnya sering melarang, tapi Aryo diam-diam tetap sering kehutan. Hutan ia rasakan sebagai tempat yang menyenangkan, banyak hewan-hewan yang menarik untuk dilihat, begitu juga tumbuhan-tumbuhannya yang beraneka ragam, semua itu membuatnya betah berlama-lama, memperhatikan suasana hutan dengan segala keaneka ragamannya yang menurutnya begitu indah.
Siang itu sinar mentari memang begitu terik, tapi panasnya matahari tidak menyurutkan niat Aryo untuk bermain di hutan, seperti biasanya sebelum pergi, Aryo menyiapkan bekal berupa sepotong roti dan air minum. Setelah perbekalan siap iapun lantas pergi berjalan menuju hutan lewat belakang rumahnya, sepanjang perjalanan Aryo memandangi pepohonan yang menjulang tinggi seakan menembus langit, entah sudah berapa puluh tahun usia pohon-pohon itu hingga begitu tinggi. Tersenyum Aryo ketika ia melihat dua ekor anak rusa yang tengah asyik berkejar-kejaran. Tiba di tepi sebuah padang rumput, Aryopun berhenti tepat di bawah batang pohon yang cukup rindang, itu memang tempat kesukaannya, biasanya ia memang selalu duduk dibawah pohon itu, memandang kearah padang rumput yang begitu luas, banyak hewan-hewan yang sering mencari makan di padang rumput, karena itulah Aryo merasa nyaman berada di bawah pohon tersebut. Lantas saja Aryo duduk di bawah pohon, tapi baru ia menghenyakkan pantatnya dan bersandar di batang pohon…
Pluk!
Sesuatu jatuh diatas pangkuannya, Aryo terkejut, dan saat ia melihat apa yang terjatuh diatas pangkuannya, ternyata adalah sesosok makhluk kecil menyerupai manusia tapi memiliki sepasang sayap di punggungnya, makhluk itu tampak mengusap usap kepalanya dengan tangan mungilnya dan kemudian sambil tersenyum memandangi Aryo yang sedang kebingungan…
Hai!
Sapaan makhluk kecil itu mengagetkan Aryo, heran bercampur bingung melihat si makhluk kecil yang ternyata dapat berbicara membuat Aryo tidak segera menjawab.
“Hai! Jangan bingung, aku Peri di hutan ini, namaku Katrin,”ucap makhluk yang ternyata Peri itu memperkenalkan diri.“Aku mengucapkan terima kasih, karena berkat kamu aku tidak sampai jatuh ketanah, siapa namamu?”Tanya Katrin si Peri cilik.
“Eh, aku, aku Aryo,”jawab Aryo setengah gugup.
“Apa kamu sering ke hutan ini Aryo, karena aku baru pertama kali melihatmu?”Tanya Katrin lagi.
“Oh, iya, aku memang sering bermain kehutan ini,” jawab Aryo.
Katrin rupanya Peri yang ramah ia pandai mengajak bercakap-cakap, sehingga akhirnya Aryo tidak gugup lagi, bahkan ia merasa senang karena Katrin mau berteman dengannya, iapun menanyakan kenapa Katrin sampai jatuh dari pohon, Katrin menceritakan kalau ia sangat lelah dan lapar membuatnya hilang kendali dan akhirnya terjatuh, mendengar itu Aryo dengan senang membagi Katrin rotinya.
Hari itu di lewati Aryo lain dari hari biasanya, karena ia mempunyai teman baru seorang Peri, seharian ia bermain bersama Katrin menjelajah hutan, menjelang sore iapun kembali ke dusun, dan mereka berjanji besok akan kembali bermain bersama.
Semenjak berteman dengan Katrin, Aryo makin sering bermain kehutan, karena Katrin selalu mengajaknya berkeliling di hutan dan mengenalkan bermacam-macam tumbuhan yang selama ini tidak ia ketahui namanya.
Hutan di pinggir dusun itu memang jarang di kunjungi penduduk, padahal banyak hewan buruan yang hidup disana, ini dikarenakan didalam hutan, tinggal pula seorang nenek penyihir. Itulah yang menyebabkan ayah Aryo sering melarangnya untuk bermain ke hutan. Penyihir tua itu terkenal jahat, karena sering menyihir orang yang tidak di sukai yang masuk kedaerah kekuasaannya. Tapi Aryo tidak tahu keberadaan penyihir itu, ia selalu menganggap hutan tempat yang bersahabat untuk di kunjungi.
Siang itu kembali Aryo bermain kehutan, setelah mempersiapkan bekalnya ia pergi kehutan sambil bersiul-siul gembira, tapi saat tiba di pinggir padang rumput, ia tak menjumpai Katrin, yang ia jumpai seorang nenek tua yang tampaknya sedang duduk beristirahat di bawah pohon. Sebenarnya nenek tua itulah si Penyihir, Aryo tidak tahu ia tetap meneruskan langkah dan mendekati batang pohon dimana si nenek berteduh, Aryo tersenyum dan menyapa…“Siang nek.”
Nenek tua itu menoleh, tersenyum memandangi Aryo. “Ah, anak baik rupanya, siapa namamu?” Tanya si nenek.
“Aryo nek.”jawabnya.
“Sering bermain kehutan ini, Aryo?”
“Iya nek, hampir tiap hari saya bermain kehutan ini.” jawab Aryo kembali.
Perempuan tua itu sekali lagi memandangi tubuh Aryo dari atas ke bawah, kemudian mulutnya membuka.
“Rumah nenek tidak jauh dari hutan, karena itu terkadang nenek pergi kehutan ini untuk mencari kayu.”ucap si nenek.
Aryo mengangguk-angguk. Si nenek tua itu bangkit berdiri, ia mengambil buntalan kantung yang di selipkan di pinggangnya, membuka tali dan merogoh isinya, saat tangannya keluar ia telah menggenggam sebuah apel besar berwarna merah ranum, sambil tersenyum ia mengangsurkan apel kepada Aryo.
“Kau anak baik, kebetulan aku membawa apel, apel ini hasil panen dari kebunku sendiri, rasanya manis dan sangat harum, ambillah untukmu Aryo.”
“Ah, tidak usah nek saya sudah membawa bekal sendiri,” tolak Aryo.
“Ayo terimalah, masak engkau akan menolak pemberian orang tua Aryo.”
Akhirnya Aryo menerima apel dari si nenek.
“Ayo di makan, rasanya betul-betul manis dan harum,” ucap si nenek.
Aryo tidak ingin mengecewakan si nenek, ia lalu memakan apel tersebut, rasanya memang benar-benar manis dan harum, tapi belum separuh apel itu di makannya ia merasakan kepalanya pusing dan matanya berkunang-kunang, dan kemudian pandangannya gelap dan ia tak ingat apa-apa lagi. Aryo terkulai pingsan
Nenek di depan Aryo menyeringai dan tertawa mengekeh
“He he he, anak ini tubuhnya tampak kuat, ia pantas untuk aku jadikan budak”
Nenek Penyihir itu mengangkat tubuh Aryo dan memanggulnya diatas pundak dengan entengnya, dan lantas pergi sambil bernyanyi senang.
Dari balik semak tak jauh dari pohon dimana Aryo dan nenek itu semula berada, muncul sesosok tubuh mungil, yang tak lain adalah Katrin Si Peri Cilik. Sedari tadi ia berada di situ dan menyaksikan pula saat Aryo pingsan dan di bawa pergi si Penyihir, tapi Katrin tak berani mencegah karena ia mengetahui si Penyihir begitu sakti.
Katrin melayang kearah Si Penyihir membawa pergi Aryo. Kediaman Si Penyihir berada di seberang sebuah sungai, ada jembatan kayu menuju kesana, begitu sampai di gubuk tempat tinggalnya, si nenek memasukkan Aryo kedalam kurungan kayu dan menguncinya.
“Baik-baiklah dulu disitu anak manis,” ucap si penyihir, kemudian ia beranjak kesudut ruangan, dimana ada sebuah gentong besar berisi air diatas tungku. Ia menyalakan tungku tersebut dan setelah menyala ia mengambil keranjang kayu yang tergantung di dinding, rupanya ia hendak membuat ramuan sihir dan kini ia berniat mencari tumbuh-tumbuhan untuk ramuannya. Lantas saja ia keluar dari gubuknya. Sepeninggal si Penyihir, Aryo tersadar dari pingsannya, mengetahui ia di kurung rasanya ia ingin menangis meratapi nasibnya yang malang.
Di luar, Katrin yang telah berada di depan gubuk si penyihir, bersembunyi di balik pohon begitu melihat si penyihir keluar, hatinya bersorak gembira melihat si penyihir terus pergi masuk kehutan, inilah kesempatan untuk membebaskan Aryo pikirnya. Ia melayang mendekati gubuk dan masuk kedalam, sesaat ia celingukan melihat suasana gubuk, ketika dilihat sebuah kurungan kayu, Katrin segera mendekati, ia melihat Aryo meringkuk di dalamnya sambil menunduk.
“Hei Aryo,”panggilnya.
Aryo melihat kearah yang memanggilnya, dan spontan girang begitu mengetahui itu Katrin.
“Diam saja di situ, aku akan coba membuka kuncinya” ucap Katrin, kemudian ia mengibaskan tangannya, selarik sinar keluar…
Krakk!!
Patahlah kunci kurungan Aryo.
Aryo makin girang ia segera bergegas keluar.”Terimakasih Katrin,”ucapnya.
“Ayo cepat keluar, nenek itu penyihir jahat, dan ia pasti segera kembali”
Merekapun lantas keluar dan berlari menjauhi gubuk, tak lama kemudian Si Penyihir kembali, ia masukkan daun-daun ramuan kedalam gentong, kemudian melongok ke dalam kurungan kayu, dan alangkah terkejutnya ketika ia melihat kuncinya patah dan Aryo tak ada lagi di dalamnya.
“Hei! Siapa yang membebaskan bocah itu!” dari terkejut berubah marah, Si Penyihir segera keluar gubuk, penciumannya di tajamkan dan ia tahu kearah mana Si Aryo kabur, lantas iapun segera mengejar.
Sementara itu, Aryo dan Katrin karena saking gugupnya, mereka salah arah, dan bukan berlari kearah jembatan, sehingga kini terhalang aliran sungai yang membentang.
“Pegang tanganku,” pinta Katrin.
Begitu Aryo memegang tangan Katrin, ia merasa tubuhnya ringan dan ikut melayang, Katrin membawa Aryo melewati sungai dan berhenti di seberangnya, begitu sampai di seberang, Katrin tak lantas buru-buru pergi, ia mengibaskan tangannya kearah sungai, Ajaib! karena tiba-tiba saja sungai berubah menjadi pedataran rumput menghijau.
Tak berapa lama, dari jauh si Penyihir sudah sampai di ujung padang rumput, dan ia melihat Katrin dan Aryo, melihat buruannya di depan, panaslah hatinya
“Rupanya kamu Peri yang berani melepaskan calon budakku, awas kalian kalau tertangkap akan ku sihir berubah jadi katak!” ancamnya, kemudian iapun lantas berlari mengejar, tapi…
Aww! Byurr!
Padang rumput kembali menjadi sungai, tak ampun lagi tubuh si Penyihir terjatuh kesungai, dan sialnya ia tak pandai berenang, akibatnya tubuhnyapun tenggelam, terseret aliran sungai, dan tak muncul-muncul lagi.
Katrin dan Aryo lega, karena akhirnya Penyihir jahat itu tewas hanyut di sungai, dan kemudian merekapun pulang. Aryo merasakan itu sebagai pengalaman yang berharga buatnya, pengalaman untuk lebih berhati-hati tentu saja, sore itu matahari mulai meredup, tapi hati Aryo seakan bercahaya, karena ia baru saja lepas dari bahaya, di selamatkan oleh sahabatnya, Katrin Si Peri Kecil dan baik hati.
Sekian.
Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.