Besarkan Nyala Apimu


Pramono duduk kelelahan di sebuah bengkel, ban motornya gembos, dan terpaksa ia dorong mencapai tambal ban terdekat.

Suara adzan Ashar berkumandang, berasal dari Masjid di seberang jalan. Dipandanginya sekejap masjid itu, kubahnya tampak agung tinggi menjulang. Badannya terasa letih, enggan rasanya kaki melangkah. Pandang Pramono beralih kebawah, melamuni kondisi sepatunya yang memprihatinkan, sepatu tua yang mulai memudar dan mengelupas disana sini, ingin rasanya membeli yang baru tapi apa daya, belum ada dana yang memadai mampu ia anggarkan.

Lamunannya berlanjut tanpa memperdulikan suara iqamah telah terdengar. Yah, Pramono hanyalah pegawai rendahan di sebuah perusahaan swasta. Bertahun-tahun ia jalani rutinitas pekerjaan yang monoton dengan hasil yang sulit untuk hidup berkecukupan.

Pramono ingat, dari awal selesai menempuh pendidikan memang sudah teramat susahlah baginya mencari pekerjaan. Berkali-kali melamar selalu ditolak, dengan berbagai alasan. Memang akhirnya ia dapat juga pekerjaan, tapi beginilah, pekerjaan dengan gaji pas-pasan.

Beberapa tahun yang lalu Pramono menikah, dengan seorang wanita yang ia sayangi, tak berselang lama isterinya hamil dan melahirkan bayi yang sehat. Sering ia merasa sedih dalam senyuman tiap kali memandang anaknya yang masih lucu-lucunya, apakah ia akan dapat memberikan pendidikan yang terbaik kelak.

Kepalanya terangkat, dari seberang rombongan jemaah baru keluar dari Masjid, diperhatikan wajah-wajah yang penuh kedamaian. Sesaat ia berpaling, dilihatnya situkang tambal ban masih berkutat dengan ban motornya.

Eh, ia terkejut waktu kembali ditolehkan kepalanya kedepan. Didepannya telah berdiri seorang lelaki tua bersorban putih. Jenggotnya yang panjang melambai tertiup angin. Wajahnya tampak gagah walau telah berkeriput, apalagi dihiasi dengan senyum ramah.

Lelaki itu memandanginya sejenak dengan kening berkerut. Tak lama dengan tersenyum lelaki tua itu berucap,"Lagi nambal ban to le?"

Dengan tergeragap Pramono menjawab,"Iya, Pak."

Lelaki itu manggut-manggut, lantas dirasakan sebuah tepukan menyentuh bahunya,"Sampean niki umpomo lampu ublik genine cilek le."

Pramono keheranan dengan ucapan lelaki tua itu,"Maksudnya apa Pak?" Tanyanya penasaran.

Tapi lelaki itu tak menjawab tanya Pramono, hanya tersenyum sambil memandanginya. Kemudian mengucap salam, dan melangkah meninggalkannya dalam kebingungan.

Setelah menambal motornya hati Pramono makin diliputi dengan tanda tanya. Apa maksud ucapan lelaki tua itu? pikirnya.

***

Malam selepas Isya' Pramono duduk santai di teras rumah. Tumben, tak lama ia duduk, datang seorang sahabatnya pengurus masjid di daerahnya.

Pramono beranjak bangkit,"Wah sobat lama, mari-mari masuk," sambutnya.

Mereka bersalaman akrab,"Kau tahu Pram, dari masjid kakiku seperti dituntun kemari, rindu aku padamu, apalagi lama kita tak berjumpa,"ujar sobatnya.

Pramono manggut-manggut sambil mempersilahkan duduk, segera dipanggil isterinya untuk menghidangkan minuman.

Bercakap-cakap cukup lama Pramono dengan sahabatnya. Setelah berbagai soal mereka perbincangkan, Pramono ingat kembali dengan kejadian yang tadi dialaminya, secara singkat diceritakannya. Sampai pada akhirnya ia bertanya,"Kira-kira apa maksudnya nyala apiku kecil?"


Sahabatnya tepekur cukup lama, lantas ia menjawab,"Ya kalau nyalanya kecil diperbesarlah."

"Caranya?"

Sahabatnya tersenyum,"Tekunlah beribadah, perbanyak berdoa, dan bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kita."

Semalaman Pramono merenungi ucapan temannya. Ia sadari selama ini kehidupannya hanya melulu duniawi, ia disibukkan berkeluh kesah ketimbang bersyukur atas segala nikmat yang ia terima, padahal kehidupan dunia hanya sementara sedang kehidupan akhirat kekal selamanya. Tak sadar matanya berkaca-kaca menyesali segala kelalainnya. Ampuni aku ya Allah. Aku akan besarkan nyala apiku...

Sekian.

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment

Previous Post Next Post