Misteri Hilangya Centong Nasi


"Yah!"

Satu teriakan memanggil keluar dari mulut Bunda pagi itu.

Ayah yang lagi santuy mainan hape di ruang tamu bergegas menghampiri asal suara.

"Iya Bun, ada apa?"

"Ini centong nasinya kemana?" Tanya Bunda sambil menunjuk bagian atas rice cooker dimana centong nasi biasa di taruh.

Ayah angkat bahu. "Lha mana kutahu Bun?"

"Kan semalem ayah yang makan paling akhir," ujar Bunda.

"Memang iya, tapikan kutaruh lagu di tempatnya. Apa mungkin di tempat cucian piring?"

"Dah kulihat tadi disitu, nggak ada lho yah."

"Waduh, terus kemana tuh centong? Siapa yang ngambil. Apa anak-anak kita ya?"

"Mereka nggak pernah mainan centong yah. Ih, jadi serem.. ini udah yang ketiga kali centong nasi selalu raib nggak ketahuan juntrungannya yah.

Ayah cuma diam kebingungan.

Mereka nggak tahu, Adela putri mereka mendengar percakapan dua orang tuanya di ruang sebelah. "Centong nasinya hilang lagi? Siapa yang ambil ya? Harus ku kasih tahu Kevin nih," batinnya.

Selagi dua orang tuanya masih melanjutkan percakapan, Adela bergegas ke depan, di carinya sang adik Kevin yang tadi bermain di depan.

Terlihat Kevin sedang asyik bermain tanah dicampur air yang di cetaknya dengan sebuah wadah plastik kecil.

"Ssstt Kevin.." panggil Adela pada adiknya pelan. Kevin menoleh, "Apa?"

"Centong hilang.. centong nasi hilang.."

Kevin heran dengan kalimat yang di ucapkan mbaknya. "Centong asi..? Apa entong asi..?"

"Centong nasi, bukan entong asi.. itu yang buat ambil maem, hilang lho Vin.." jelas mbaknya.

Kevin masih bingung memandangi mbaknya, tapi kemudian mulutnya berucap, "Ngapa ilang entong asi? Ilang imana entong?"

"Ya gak tahu hilang dimana. Misterius lho Vin hilangnya, cari yok," ajak mbaknya.

Kevin malah kembali menekuni mainan lumpurnya.

"Ih Kevin nii.. ayo lho Vin.. bantuin nyari..."

"Emoh ah, dedek emoh, bialin entongnya, dedek apek.. mbak ajah.."

"Nti kalo centongnya nggak ketemu, kamu nggak bisa makan gimana?" Ancam mbak Dela.

Kevin kembali menoleh ke arah embaknya, ia bangkit dari duduknya. "Ayok mbak, ari entongnya, dedek mok mamam, kekuatan dedek ntik abis, entongnya ilang."

Mbaknya tersenyum, lalu di gandengnya Kevin. Mereka berduapun sibuk kelilingi rumah mencari centong nasi. Tapi sayang, walau sudah bongkar sana, bongkar sini, centong nasi tetap tak ketemu jua.

Siangnya Bunda mengajak mereka berdua ke pasar.

"Beli jajan ya Bun?" Tanya Adela.

"Hole dedek mok jajan!" Teriak adiknya.

"Huss.. jajan terus, ke pasar tuh buat beli centong," jawab Bundanya.

Kevin memberengut karena bukan beli jajan. Bunda yang melihat anaknya kecewa langsung berujar, "Iya iya, nti pulangnya beli jajan."

"Holee!" Teriak Kevin lagu, kali ini penuh semangat.

***

Malamnya ayah mengajak mereka makan malam di luar. Baru dapat rejeki katanya. Alangka riang Mbak Dela dan Kevin, karena setelah makan di ajak keliling-keliling kota melihat hiburan, apalagi sebelum pulang sempat pula mereka naik odong-odong.

Karena siang Kevin nggak bobo', begitu mereka pulang si kecil itu langsung menggelosoh di kamar kecapekan.

Ayah dan Bunda tak langsung tidur, mereka masih asyik ngobrol di ruang tamu, sedang Dela memilih untuk nonton TV di ruang tengah.

Pukul setengah sepuluh malam Bunda menghampiri, "Dah malem mbak, bobo' dulu yok." Ajak Bunda.

Adela mengangguk, TV dimatikan, ketika melewati ruang makan mata gadis cilik itu selintas memandang ke atas Rice Cooker, sebuah centong plastik baru ada di atasnya. Satu gagasan tiba-tiba melintas di pikirannya, tak sadar ia tersenyum sendiri.

Tengah malam Adela terbangun, sebenarnya sedari tadi ia belum tidur, ia menunggu sampai diperkirakannya bunda dah tidur. Perlahan ia mendekati adiknya. Di goyang-goyangkannya tubuh Kevin pelan, si adik membuka matanya, mulutnya membuka seperti hendak menangis. "Ssstt.." bisik mbaknya sembari menaruh telunjuk di bibir.

"Bangun.. kita cari centong nasi, nti dedek nggak bisa maem.." ucap mbak Dela sangat pelan di telinga adiknya.

Sebenarnya Kevin nggak paham dengan kemauan mbaknya, tapi begitu mendengar 'nggak bisa maem', ia langsung takut betul-betul nggak bisa maem, maklumlah si Kevin paleng nggak kuat nahan laper.

Mereka berdua lalu keluar kamar. Di ruang tamu terlihat ayah menggelosoh tidur di kursi. Menggandeng adiknya, Mbak Dela memilih satu tempat di pojok ruang menaruh motor, dari situ ia dapat mengawasi ruang makan yang letaknya bersebelahan.

"Ssstt.. diem aja.. tunggu di sini.. tuh centong nasi.. tungguin kita, biar nggak hilang.." bisik Dela pada adiknya.

Kevin cuman mengangguk-angguk. Dan mereka berduapun duduk anteng menunggu sesuatu yang tak pasti.

Sebenarnya sih, Mbak Dela tuh pengen ngejebak siapa yang dah ambil centong nasi, makanya ketika ia lihat centong baru dah di taru di atas wadah nasi, ia kepikiran buat ngawasin si centong.

Benar saja, setelah agak lama menunggu, dari atas lemari di samping meja dimana rice cookeer berada, dengan sigap berlari-lari seekor makhluk kecil berwarna hitam. Memilik ekor pula. Hii tikuss! Adela memang paling jijik dengan hewan makhluk ini.

Sambil membekap mulut, ia towel bahu adiknya yang terkantuk-kantuk, dan ketika sang adik menoleh, ia tunjukkan jari telunjuknya kearah si tikus.

Binatang kecil itu kini sudah berhasil lompat ke atas meja, dengan lincah naik ke atas wadah nasi, hupp.. mulutnya menggigit gagang centong, yang terjadi selanjutnya begitu cepat, si makhluk memutar badan, menuruni meja dan berlari ke arah lemari, menelusup melalui bagian bawahnya, raib beserta centong.

Semua itu disaksikan Mbak Dela dan Kevin dengan tegang. Setelah si tikus pencuri tak nampak lagi, baru mereka bisa bernapas lega.

Buru-buru mbak Dela mengajak adiknya masuk kamar, dan dengan keras menggoyang-goyang badan Bundanya. "Bun bangun Bun! Cepetan Bun bangun loh!"

Bunda bangun dengan kaget, melihat dua anaknya jongkok berdiri di sampingnya ia tambah terkejut, "Astaga! Dela, Kevin? Inikan masih malam, ngapain aja kalian berdua?"

"Centongnya hilang Bun! Centong nasinya hilang.." ucap Dela cepat.

"Centong? Yang beli tadi?"

"Iya lho Bun, itu centong hilang juga," jawab Dela

"Ampun!? Kenapa bisa hilang? Kalian kemanakan?" Ucap Bunda setengah jengkel.

"Bukan kami yang hilangin Bun.."

"Ikus.. ikus... hiii.. selam.. akal ikus," Kevin ikut bersuara.

"Ikus? Apa tikus maksudnya?" Bunda coba minta penjelasan.

Adela mengangguk cepat. Lantas secara singkat ia menjelaskan peristiwa yang baru terjadi.

"Owalah, jadi rupanya tikus yang nakal ambil centong kita dari kemarin, nakal betul tu tikus ya dedek?" Kata Bunda selesai mendengar penjelasan anak perempuannya sambil mengusap-usap kepala Kevin lembut.

"He eh, ikus akal, dedek nggak bisa mamam dedek.." ujar Kevin dengan raut sedih.

Bunda tertawa, "Ya enggak gitulah, kalo centong hilangkan kita bisa ambil nasinya pake sendok dulu, jadi dedek tetep bisa makan."

Kevin melirik mbaknya dengan cemberut, karena merasa di bohongin soal centong dan nggak bisa makan. Mbak Dela tertawa geli melihat ekspresi adiknya.

"Ya udah sekarang kita tidur lagi, besok kita crita sama ayah ya, biar nanti tikusnya ayah tangkap."

Esoknya setelah peristiwa pencurian centong oleh tikus di ceritakan dengan ayah, mereka di ajak kepasar. Ada dua barang yang di beli. Yang pertama centong, yang kedua perangkap tikus.

Ayah menaruh ikan asin di dalam perangkap tikus, katanya sih supaya si tikus tertarik dan masuk ke dalam perangkap.

Tengah malam terdengar suara berisik di ruang makan, ketika seisi rumah terbangun mereka melihat centong nasi masih utuh, tapi ada sesuatu di dalam perangkap tikus. Makhluk kecil berbulu dan berekor. Tikus Pencuri Centong! Rupanya hewan itu yang membuat suara berisik mencoba keluar dari perangkap.

Dan semenjak si tikus berhasil di tangkap, centong nasi Bunda aman tidak pernah hilang lagi.

Kasus Selesai.

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment

Previous Post Next Post