Misteri Pencuri Ikan


Rustam mengerutkan dahi memperhatikan permukaan air kolam yang terletak di samping rumahnya itu. Heran ia, biasanya tiap kali diberi makan, ikan-ikan gurame peliharaannya pasti akan terlihat berebut makanan yang membuat air riuh beriak. Tapi kenapa kini tidak seperti biasanya, meski terlihat beriak, tak seriuh hari-hari sebelumnya. Ah, mungkin ikan-ikan itu lagi tak terlalu lapar, pikirnya.

Selesai memberi makan, ia beranjak ke dalam rumah, ditaruhnya wadah makan ikan di tempat biasanya. Kemudian ia meraih handuk yang tersampir di sebuah gantungan di balik pintu kamarnya.

"Sarapan Tam," ucap ayahnya di ruang tengah. Rustam mengangguk, "Mandi dulu yah," jawabnya singkat.

Selesai mandi Rustam ikut sarapan disamping ayahnya. Mereka makan tanpa bersuara, memang demikianlah, ia dan ayahnya tak terlalu sering mempercakapkan sesuatu bila tak penting amat. Pikiran Rustam masih penuh tanda tanya dengan kondisi kolam ikannya.

"Bagaimana ikan-ikanmu Tam?" Tanya ayahnya tiba-tiba.

Rustam menoleh ke arah ayahnya. "Lumayan Yah, perkirakanku menjelang Lebaran sudah bisa di panen.

Ayahnya tersenyum, "Wah, bagus kalau begitu."

Selesai makan Rustam bersiap dan berangkat kerja. Ia memang kerja di sebuah kantor swasta agak jauh dari tempatnya tinggal untuk itulah harus pagi-pagi betul berangkat dari rumah.

Siang sepulang dari kerja, tak lantas Rustam beristirahat. Kesibukan lain menunggunya, yakni merawat tanaman bunga yang ada di depan rumah.

Tanaman bunga memang lagi laku di daerahnya, untuk itulah, Rustam tak mau menyia-nyiakan kesempatan dengan ikutan menanam bunga. Selain itu, merawat tanaman juga merupakan kegiatan yang ia senangi.

Bahkan agar aman dari gangguan hewan unggas tempat ia menanam bunga ia sekat dengan paranet, dan bagian ataspun sudah dinaungi dengan atap agar tak kepanasan

Begitu sibuknya Rustam dengan tanaman-tanaman bunganya, sampai tak lagi terfikirkan olehnya tentang ikan-ikannya yang ada di kolam. Menjelang maghrib baru ia buru-buru memberi mereka makan, tanpa memperhatikan betul seperti paginya.

Memanglah badannya terasa penat karena padatnya aktifitas seharian, tak sampai larut malam rasa kantuk membuat Rustam harus menyerah, larut lena di alam mimpi.

***

Esoknya, dahi Rustam kembali mengerut, bahkan kini agak dalam. Ialah saat ia memberi makan ikan-ikannya, air kolam tampak tenang, tak ada riak terlihat seakan-akan tak ada penghuni didalamnya.

Ada apa dengan ikan-ikannya? Kecurigaan mulai timbul di hati Rustam, tak mungkin ikan-ikan itu masih terlalu kenyang hingga enggan menyantap makanan yang ia berikan. Apalagi waktu terakhir ia ambil sampelnya, ukuran ikannya sudah selebar telapak tangan, dengan ukuran segitu, ikan masih doyan-doyannya kalau diberi makan.

Apa ada yang mencuri ikannya? Kalaulah demikian, apakah hewan atau manusia? Memikir sampai kesitu timbul niatan Rustam untuk membuktikan kecurigaannya.

Malamnya, rencana yang ia buat di pagi hari dilaksanakan. Tanpa memberi tahu ayahnya, diam-diam ia melakukan pengintaian. Bila dirasa semua penghuni rumah telah tidur, dengan tenang Rustam duduk diruang depan yang lampunya telah dimatikan, dari situ ia bisa leluasa memperhatikan bagian samping rumah dimana kolam ikannya berada.

Hampir satu jam pemuda itu mengawasi kolamnya dengan seksama, sinar bohlam lampu yang ada disamping rumah membantu matanya melihat dari dalam.

Sewaktu matanya sudah mulai berat dalam penantian, disamping rumah mengendap-endap sesosok tubuh. Walau sudah menduga, tak urung jantung Rustam berdetak lebih kencang. Biar demikian ia tetap tekun mengawasi.

Sosok tubuh yang diawasi memalingkan wajah ke arah rumah, seakan memastikan keadaan sudah aman. Darmo! Satu nama meloncat di benak Rustam saat melihat wajah sosok tubuh di samping kolamnya itu.

Ya, tentu ia mengenali wajah itu, ia adalah Darmo, satu warga desanya yang tak jauh tinggalnya dari rumah Rustam.

Setelah merasa aman, si pencuri tampak mengeluarkan sebuah serok, dan dengan perlahan mulai memasukkannya kedalam kolam.

Selagi si pencuri sibuk, Rustam memanfaatkan kesempatan itu untuk masuk kamar ayahnya. Dengan pelan ia bangunkan orangtuanya itu.

Geragapan ayahnya bangun. "Ada apa Tam?" Rustam menaruh telunjuk di bibirnya

"Ada pencuri.."

"Pencuri?"

"Iya, pencuri ikan kita, disamping," jawab Rustam kembali.

Kejut ayahnya mendengar ucapan Rustam, tapi tak lama ia sadar, bangkit dan langsung keluar kamar. Ayahnya tampak diruang depan membuka pintu. Tapi sang ayah begitu ceroboh, selagi membuka pintu mulutnya berteriak, "Maling! Maling!"

Rustam tepuk jidat melihat ulah ayahnya yang gegabah, begitu pintu terbuka dan mereka melihat kekolam, tentu saja si pencuri sudah kabur.

Pakde Warno yang tinggal di samping rumah paling dulu menghampiri rumah mereka.

"Ada apa Tam!? Mana malingnya!?" Tanyanya bertubi.

Rustam membuka mulut, "Maling ikan Pakde, sudah kabur orangnya."

"Kau tahu orangnya?"

"Tahu Pakde."

"Siapa? Ayoh kita tangkap!" Ajak Pakde Warno semangat.

Rustam menoleh kearah ayahnya. "Aku ikut," ucap ayahnya.

"Kami berdua saja Yah," kemudian ia mengajak Pakde Warno.

Mereka menuju arah belakang rumah, Rustam tak ingin bertemu dulu dengan orang-orang lain yang mungkin saja kerumahnya setelah mendengar teriakan ayahnya.

Dibawanya Pakde Warno ke rumah si pencuri, yakni Darmo.

Begitu sampai di belakang rumah Darmo, ia memberi tanda Pakde Warno agar menghentkan langkah.

"Di sini?" Tanya Pakdenya.

Rustam mengangguk, ia meminta agar lelaki tua itu sabar menunggu. Mereka mengawasi pintu bagian belakang rumah Darmo. Tak lama menungggu, si empunya rumah membuka pintu belakang. Darmo! Lelaki berusia sekitar empat puluh tahunan itu keluar dengan membawa bumbung yang biasa buat menaruh ikan, dengan santai lelaki itu menuju sebuah kolam dan menuang isi bumbung, tampak beberapa ekor ikan keluar dan jatuh kedalam kolam.

Melihat kejadian itu Pakde Warno tak sabar lagi dan berniat keluar dari persembunyiannya. Tapi Rustam mencegah, ia tahan langkah Pakdenya dan bahkan mengajak kembali kerumah.

"Kenapa Tam?" Tanyanya tak puas dalam perjalanan pulang mereka.

"Sudahlah Pakde, yang penting kita sudah tahu siapa orangnya, aku malas memperjang urusan, apalagi ternyata pelakunya warga kita sendiri," jawab pemuda itu.

Sampai dirumah, tampak belasan orang telah berkumpul, malah beberapa diantara mereka ada yang membawa pentungan ataupun senjata tajam.

"Bagaimana Tam, kalian tahu siapa malingnya!?" Tanya seorang tetangganya.

Rustam mengangguk, "Iya, kami sudah tahu, tapi sudahlah, urusan tak perlu diperpanjang bapak-bapak, yang jelas kami sudah tahu pelakunya, peringatan saja, kali ini urusan tak perlu diperpanjang, tapi lain kali bila terjadi lagi, saya pastikan akan lanjutkan lapor kepihak berwajib agar ditangkap."

Selesai Rustam memberi penjelasan, wargapun bubar. Dan semenjak kejadian malam itu, si pencuri mungkin merasa takut menyatroni rumahnya kembali, karena setelah memulai lagi menabur benih hingga masa panen, ikan-ikan miliknya tak lagi berkurang di embat pencuri.

Sekian.

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment

Previous Post Next Post