Pelajaran Buat Badu



Di nasehati percuma saja, Badu memang bandel. Semenjak kemauannya untuk memiliki sebuah motor di turuti, makin jadi kelakuannya, kemana-mana naik motor ia sekarang. Mending kalau pelan-pelan, tiap kali naik motor tak ada istilah jalan lambat buat Badu, dia selalu ngebut, sering pula ia jungkit-jungkitkan roda depan motornya, biar terlihat garang, katanya.

Siang itu Badu barusan mencuci motor kesayangannya, seorang temannya bernama Panjul dari tadi menungguinya sambil memainkan hape, malas ia ngobrol dengan si Panjul, menurutnya anak itu sangat tengil.

"Gimana bray!? Jadi nggak kita single malam ini!?" tanya Panjul.

Badu yang tengah asyik mengelap motornya biar mengkilat menoleh, "Huiih! Enak aja, jadilah! Masak gua takut sama lu Njul," jawabnya lantang.

"Wokeeh! Kalau gitu gua tunggu nti malem di tempat biasa, ingat kalau lu nggak datang brarti lu pengecut!" tandas ucapan Panjul.

"Yaaelah! Sama orang macem lu siapa yang takut!" bantah Badu, kemudian ia kembali menggosok-gosok body motornya.

Panjul menyeringai, ia naik kemotornya, dihidupkan mesin motor, dimainkannya gas berulang-ulang menimbulkan suara bising, dan ditariknya gas. Panjul meninggalkan Badu menyisakan kepulan asap knalpot.

Cuuh! Badu meludah kearah perginya Panjul. Pongah betul! Awas nanti malem, ucapnya dalam hati.

Badu yang lagi gila motor akhir-akhir ini memang sering terlibat dengan anak-anak motor lain, dari mereka pulalah ia tahu, kalau di daerahnya ada juga ajang para anak muda untuk menunjukkan kebolehan dalam berkendara, yakni dengan balapan. Balapan liar sih istilahnya, tapi biarpun liar Badu mana peduli, yang ingin dibuktikannya cuman satu, yaitu kalau dialah yang paling jago dalam adu cepat motor. Karena itu ia berniat melawan si Panjul, yang konon katanya masih memegang rekor paling jago di ajang balap motor liar.

Malemnya banyak sudah anak motor yang kumpul ditempat nongkrong mereka, disebuah area sekolah. Area itu memang sepi kalau malam, karena terletak dipinggir kota. Teriakan riuh terdengar dari kawan-kawan Badu ketika melihat ia dan rombongan datang.

"Habisin Njul!" satu teriakan terdengar.

"Bener! Jangan dikasih napas tu anak! Gas Poll!" teriak yang lain.

Badu kalem aja, ia berboncengan dengan Andri sohib akrabnya. Andri berbadan gemuk, karena motornya lagi rusak makanya ia bonceng. Dibelakang masih ada tiga kawannya mengikuti, masing-masing menaiki sepeda motornya sendiri-sendiri, ada Si Budi, Faldo, dan Teguh. Ia dan kawannya lantas memarkirkan motor mereka.

Badu yang duluan datang menghampiri, dimulutnya tampak sebatang tusuk gigi dia gigit-gigit, "Dateng juga lu orang, gua sangka dah pada lari ketakutan!" ucapnya sembari meraih tangan Badu dan tertawa.

Badu tersenyum masam dan membalas jabatan tangan Badu, "Gua nggak pernah ingkar janji Bro!"

"Yoi, gua percaya men! Gimana? Lu orang perlu tarik nafas dulu atau kita bisa langsung mulai nih!?"

Badu melirik rekannya-rekannya, mereka mengangkat bahu, kemudian dipandangnya lagi Badu, "Sekarang aja dech! Biar mata lu bisa kebuka! Badu jagoan balap baru area ini!" jawabnya tegas.

Panjul manggut-manggut, ia ludahkan tusuk gigi yang ada dimulutnya, tangannya melambai keatas, "Ayoo!"

Badu kembali menghidupkan motornya, ia mengikuti Badu, mereka menuju kearah titik mulai. Motor Panjul terparkir tak jauh dari situ, ia menaiki motornya dan menjalankan pelan.

Kini mereka sudah bersiap berdampingan, gas motor ditarik berulang-ulang, bersiap menunggu tanda, seorang rekan mereka membawa sebuah tongkat, beberapa saat kemudian diangkat tongkat ditangannya keatas.

Reengg!!!

Langsung Badu dan Panjul melajukan motornya, suaranya memekikan telinga. Rute yang mereka lalui naik dan turun, berkelok kekiri dan kekanan, Badu di depan kini, tak peduli ia terus tancap gas, tapi disatu kelokan Panjul berusaha menyalip, bahkan memiringkan bagian belakang motornya, Badu terkejut, masih waras ia untuk menghindari gesekan, agak dikurangi kecepatan motornya, Panjul langsung kencang melewati Badu. Sial! Pekik Badu dalam hati, saat di depan garis akhir terlihat, mereka sudah kembali ketitik semula mereka awali, sorak-sorai terdengar dari rombongan si Panjul mengetahui jagoan mereka menang.

"Ha ha ha..! Kubilang apa Du! Kau belum selevel denganku!" kata Panjul sembari tertawa.

Badu cuma diam, dia memang sudah kalah, mau ngomong apalagi. Dihampirinya kembali empat rekannya yang sudah menunggu. "Kok kau bisa kalah Du!? Ah memalukan kita-kita aja lu!" kata Faldo.

"Diam kau Do! Sudahlah! Ayo kita pulang!" keras suara Badu, kemudian ia naik kembali keatas motornya, Andri langsung melompat duduk di jok belakang.

Mereka pulang, sepanjang perjalanan Bedu membisu, dia masih kesal dengan akhir pertandingan tadi, harusnya dia yang menang, tapi dasar Panjul, ia gunakan segala cara untuk menang! Rutuknya.

Dia berpisah dengan tiga rekannya mendekati perempatan masuk ketempat tinggalnya. "Udah Du! Jangan emosi! Besok kita bales tu anak-anak!" Budi menyemangati sambil melambaikan tangan.

Andri tak jauh rumahnya dari tempat tinggal Bedu, masuk ke jalan berikutnya dibagian belakang, "Mampir kerumah Ndri, kita ngobrol-ngobrol dulu," katanya ketika hendak melewati rumahnya.

"Anter pulang aja Du, aku sudah ngantuk," jawab Andri.

"Baik kalo itu maumu," ucapnya, diteruskannya jalan motornya menuju kerumah Andri.

Sial betul Si Andri, pikir Badu sebenernya ia masih pengen ngobrol panjang lebar dengan sohibnya itu, tentang kecurangan si Panjul, tentang strategi buat nglibas tu anak dipertandingan berikutnya, tentang gimana caranya supaya motornya makin bisakebut yahud, pokonya banyak deh yang ingin dia obrolin. Apalagi dalam keadaan penuh kekecewaan begini, mana bisa ia tidur terlalu cepat malam ini.

Masih sambil melamun Bedu menjalankan motornya, dia berniat besok akan dibalasnya si Panjul, sangat yakin ia bisa mengalahkan anak itu. Tak terasa tangannya tarik gas motornya. Suara gerungan terdengar. Motornya melaju lebih cepat. Tiba-tiba...

Guukk! Guk! Guuk!

Kaget Badu, seekor anjing hitam besar tiba-tiba menggonggong dengan suara menakutkan berasal dari pinggir jalan. Ia tarik gas motornya mendadak dengan gugup, si anjing mengejar, "Waaa!!" Andri menjerit, ia dorong tubuh Badu kedepan, tak bisa ia kendalikan motornya, tak ayal mereka jatuh terbanting dijalan, tubuh gemuk Andri menimpa tubuhnya. "Aduuh.. gigiku.." pekiknya selepas mukanya menghantam keras aspal.

Beberapa orang keluar dari rumah sehabis mendengar suara ribut-ribut, segera mereka menolong Andri dan Badu, sedang yang lain membantu mengamankan motornya.

"Aduhh duhh..." Badu merintih-rintih kesakitan. Warga yang menolongnya dan Andri memeriksa luka-luka dibadan mereka. Syukurlah tidak terlalu parah.

"Makanya atu Den.. naik motor jangan ngebut-ngebut gitu, apalagi di jalan sempit begini, begitu kaget, nggak ke kontrol deh.." ujar salah satu warga.

Bedu termangu, badannya terasa nyeri semua, bibirnya bengkak besar, teramat keras tadi mukanya menghantam aspal. Kini sudah tak perlu lagi ia mendengar segala nasehat, pengalamannya barusan sudah membuka kesadarannya, sebuah teguran agar dia lebih berhati-hati. Diurungkannya untuk membalas kekalahannya, sudah dirasakan begitu sakitnya jatuh dari motor, tak mau lagi dia kejadian seperti tadi berulang.

S e k i a n. 

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment

Previous Post Next Post