Takut Ular


Menjelang Maghrib aku dan Tonyenk baru kelar membetulkan kabel jaringan listrik yang bermasalah dirumahku.

"Kelar juga," ujarku, sembari mengibas-ngibas celanaku yang kotor dengan tangan karena debu. Lalu ku coba meregangkan badanku yang terasa pegal-pegal, maklumlah tidak pernah olahraga, sekalinya naik turun atap, rasanya capek betul

"Iyo mas, lek ngunu aku tak adus ndisek mas.. wes risih," ujar Tonyenk.

Kawanku yang satu ini memang ahli di bidang perlistrikan, semenjak kemarin listrik di rumah byar pet byar pet nggak jelas, karna itu hari ini minta tolong dengannya untuk mbetulin masalah listriknya. Dan Alhamdulillah setelah beberapa jam kami naik turun atap, selesai juga urusan listrik. setelah di tes bisa nyala normal.

"Yo, tak ambilin handuk dulu," kataku. Kuambil sebuah handuk bersih dari kamar dan ku serahkan padanya.

Tonyenk bergegas ke kamar mandi, sedang aku segera bikin kopi manis dan menyiapkan kue buat cemilan di meja depan. Selagi sibuk menata kopi dan cemilan, dari belakang kulihat Tonyenk berlari hanya pake handuk.

"Haduh mas, gak sido mas.. aku gak sido adus wae..." ucapnya dengan nada ketakutan.

Aku kaget juga, "Eh? Lha ono opo kok gak sido adus?" tanyaku keheranan.

"Ulo mas.. ono ulo.. hii.. ngeri aku mas...." jawabnya cepat.

Sebenernya lucu ngliat gayanya yang ketakutan, masak laki-laki takut sama ular.

"Alah, ulo nang ndi to?" Tanyaku lagi.

"Nang kamar mandi mas.. hiii... gilo aku.."

Ular? Di kamar mandi? Ah, masa ada ular dikamar mandi, pikirku.

"Lah mosok karo ulo wedi, yo tunggu sek bene tak delok.." ujarku kemudian.

Lantas aku segera ke kamar mandi membekal sebuah pentungan bekas gagang sapu. Walau masih ragu, jelas aku perlu berhati-hati.

Sampai di depan pintu kamar mandi, aku melangkah masuk perlahan. Di kamar mandi ku tengok kiri kanan, dan bagian bawah. Tak juga nampak hewan melata yang dimaksud. Penasaran kuperiksa lagi lebih teliti. Tetap tak kulihat hewan tersebut, pencarianku kemudian beralih ke toilet di sebelah. Dan di toiletpun aman, tak ada bayangan makhluk itu.

Setelah yakin di ular tak ada, akupun kembali menemui Tonyenk.

"Gak ono ulone.. nang ndi mau?" Tanyaku setelah barusan tadi memeriksa cukup lama kamar mandi.

"Nang ngisor mau mas.. metune soko lobang pembuangan air iku mau." jawab Tonyenk.

Karena penasaran aku ajak ia ke kamar mandi, dengan takut-takut Tonyenk mengikuti ke kamar mandi.

Ku korek-korek lubang pembuangan air dengan tongkat gagang sapu yang kubawa. Ular yang di maksud tetap tidak kelihatan, "Mau teko kunu lo mas metune... hii.. aku lek sebongso kewan ngunu kuwi wedi tenan lo mas.. belange ireng putih meneh.. kuwi mau bahaya mas..."

"Kewane wes lungo.. yo wes aduso neh.." kataku.

"Aduh mas.. wedi tenan je aku.."

"Weleh.. wedi barang..  yo tak tunggoni nang njobo kene.. lek ono ulo mbengok," ucapku.

Tonyenk mau juga mandi, tak lama kamipun kembali ke ruang depan menikmati kopi dan cemilan, dan coba melupakan perihal ular yang di lihat Tonyenk.

Ular yang berwarna hitam putih belang macam yang di lihat Tonyenk memang setahuku berbahaya karena berbisa, tapi hewannnya sendiri tak kulihat, sekiranya terlihat tentu segera kupukul sampai klenger agar tidak mengganggu.

***

Waktu sudah beranjak tengah malam. Aku sendiri sedari tadi asyik di depan TV, nonton filem di salah satu stasiunnya.  Sedang kawanku si Tonyenk sudah pulang, tak lama selesai aku jamu ia makan.

Begitu filem habis, segera aku ke belakang, cuci muka dan gosok gigi. Tiba-tiba kudengar suara ribut-ribut, berasal dari rumah tetanggaku di sebelah. Coba ku tajamkan pendengaran.

"Ular yah! Ular..!" satu suara perempuan setengah menjerit terdengar.

Itu suara Mbak Lia tetanggaku. Ular? Apa ada ular di rumahnya? Sedang berpikir terdengar kembali suara gaduh dari rumah Mbak Lia.

Spontan kuambil lagi pentungan dari gagang sapu yang tadi kutaruh di belakang pintu ruang tengah, lalu bergegas menuju rumah tetanggaku itu.

Sampai di rumah Mbak Lia, ruang bagian depan terlihat gelap, tapi dari pintu samping dapat kulihat cahaya keluar, pertanda pintu sampingnya terbuka. Aku setengha berlari menuju pintu itu.

Dari luar dapat kulihat Pak Ansyah suami Mbak Lia sedang berdiri membelakangi. Mungkin langkahku di dengarnya, karena ia berbalik, di kedua tangannya tergenggam satu pemukul berwarna hitam, yang dipegangnya dengan erat.

"Ada apa Pak tadi ribut-ribut?" tanyaku sebelum ia berucap.

Melihat aku yang datang, ia agak mengendurkan kedua tangan yang menggenggam pemukul, "Oh Mas Adi.. Iya Mas.. ini tadi, isteriku mau ke kamar mandi, ia liat ular katanya, makanya njerit ketakutan..' jelasnya.

Aku mengangguk, "Wah mungkin ular yang sama itu Pak.."

"Sama bagaimana?" tanyanya.

"Tadi sore, kawan liat ular di kamar mandi kami, tapi setelah saya cari-cari, udah nggak ada.." tuturku.

Pak Ansyah tampak kaget, "Oh gitu, wah jangan-jangan memang ular yang sama ini.."

"Ya udah Pak, ayo saya bantuin nyari tu ular, takutnya nggigit, bahaya Pak..." ujarku segera.

Pak Ansyah mengangguk, lantas ia berbalik, tangannya menunjuk, "Itu tadi di pojok situ isteriku liat.. ular belang katanya.."

"Kalau ular belang, brarti memang sama Pak, ya udah kita sisir ruang dapur ini dulu Pak," ucapku.

Kami kemudian memeriksa ruang dapur dengan teliti. Si ular tak jua kelihatan. Selagi kebingungan, mataku tertuju kearah tumpukan pakaian yang ada di samping mesin cuci, coba ku korek dengan tongkat. Lagi sibuk mengungkit tumpukan kain, aku di kagetkan dengan teriskan Pak Ansyah, "Awas Mas, itu ularnya keluar di bawah mesin cuci!"

Mataku kejap melihat, dari sela bagian bawah mesin cuci terlihat sebagian badan hewan melata itu keluar, sepertinya hendak mematuk aku yang berada di dekatnya. Segera kusabetkan tongkat kearah si ular.

Tak!

Sial meleset, si ular kembali memasukkan badannya ke sela bawah mesin cuci.

Aku menengok ke Pak Ansyah, "Gimana ini Pak?'

Pak Ansyah mendekat, diperhatikannya sela bawah mesin cuci, "Gini aja, Mas Adi coba masukkan tongkat yang Mas pegang itu kesela bawah, begitu ularnya berhasil di korek keluar, nanti saya yang pukul."

Kuturuti idenya, segera kumasukkan tongkat ke bagian bawah mesin cuci, dan korek-korek. Berhasil! Hewan melata yang merasa terganggu langsung keluar dengan cepat.

Plak! Plak!

Berulang-ulang Pak Ansyah memukul ular itu hingga tak berdaya.

Untung, teror ular itu nggak berlanjut, hidup si ular harus berakhir terkena hantaman pemukul Pak Ansyah yang bertubi-tubi. Memanglah, karena termasuk hewan berbisa, maka terpaksalah hewan melata tersebut harus di bunuh, bila dibiarkan tentu akan sangat berbahaya.

Sekian.

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment

Previous Post Next Post