Akibat Game


Ayah Si Sandi membelikan seperangkat komputer untuknya, maksud sebenarnya ingin agar anaknya dapat menguasai komputer dengan baik dan mampu pula lancar mengetik menggunakan komputer sehingga anaknya tidak ketinggalan teknologi alias gaptek.

Sandi tentu saja senang di belikan komputer, pada awalnya ia memang tampak berusaha mengetahui dan belajar mengetik dengan komputer, tapi rupanya pekerjaan itu cepat membuatnya bosan, karena sebentar saja ia merasa malas dan berhenti belajar mengetik Apakah ia berhenti pula menggunakan komputernya? Ternyata tidak, ada hal yang lebih menarik dan menyenangkan ditemuinya dengan komputernya itu, yaitu bermain games, yah ia merasa asyik bermain games, semula ia cukup bermain games yang telah ada di komputernya, tapi kemudian ia mulai membeli cd games, apalagi disekolah, Prasetyo teman sebangkunya sama dengannya, memiliki komputer di rumah, dan hobi bermain games juga, maka pas betul, karena setiap di sekolahan yang mereka bicarakan melulu cuma seputar games.

Akhir-akhir ini kesukaan Sandi dalam bermain games sudah cukup kelewatan, karena seharian waktunya di habiskan untuk bermain games, bahkan waktu tidur malamnya sampai larut, yang membuat dia setiap pagi mesti di bangunkan oleh ibunya, sebab kalau tidak pasti ia akan kesiangan. Ayahnya berulangkali menasehatinya agar kalaupun bermain games jangan sampai larut malam, dengan alasan kalau ia tidur sampai larut paginya pasti masih mengantuk, sehingga dikhawatirkan nanti saat di sekolah pelajaran yang diterimanya sukar untuk masuk ke otak. Memang saat di beri nasehat Sandi mengangguk-angguk, seakan memahami dan akan mematuhi ucapan ayahnya, tapi di lain waktu ia sudah lupa dan asyik kembali dengan hobinya, yakni bermain games.

Hari itu saat waktu istirahat Sandi dan Pras memilih tidak bermain bersama teman-temannya, mereka diam di dalam kelas sambil ngobrol, apalagi yang mereka obrolkan selain games.

“Wah Pras, aku mulai bosan tuh dengan games yang lama, soalnya udah sering kumainkan,”ucap Sandi.

“Yah, kamu gak ada kemajuan San, dari bulan kemarin yang itu-itu melulu, aku punya game baru tuh dirumah,” kata Prasetyo dengan nada bangga

“Yang bener Pras, kamu ada koleksi yang terbaru ya? kalo gitu aku pinjem dong,” pinta Sandi

“Gampang, aku pinjemin, entar pulang sekolah mampir kerumahku, gimana?” jawab Prsetyo.

“Asyik! Oke deh, entar pulang sekolah aku mampir,” teriak Sandi kegirangan. Percakapan mereka terputus karena terdengar bel masuk, di sisa jam pelajaran Sandi sudah tak konsentrasi lagi karena pikirannya tertuju pada games baru yang akan di pinjamnya dari Pras.

Bel pulang merupakan suara terindah bagi Sandi, ia bergegas mengemasi buku-bukunya karena sudah tak sabar ke rumah Pras. Setibanya dirumah Pras, temannya itu masuk kedalam rumah untuk mengambil CD gamesnya, keluar dari dalam rumah ditangannya ada tiga keping games terbaru yang dijanjikannya.

“Nih, gamesnya,” ucap Prasetyo, sembari mengulurkan tangan nenyerahkan CD games pada Sabdi.

Langsung dengan cepat Sandi menyambutnya.

“Wah, makasih Pras,” jawab Sandi, dan begitu CD gamesnya di masukkan ke dalam tas, Sandi langsung pamit pulang kerumah. "Oke deh Pras, gak perlu basa basi ya, aku mo langsung cabut, nggao sabaran nih pengen buruan nginstall gamenya," ucap Sandi sambil nyengir. Pras membalas dengan anggukan.

Sampai di rumah Sandi menghidupkan komputernya dan segera menginstall games tersebut kedalam komputer. Setelah selesai diinstall, memang ia tidak memainkan gamesnya dulu, karena ia lebih suka bermain games malam hari, karena lebih tenang dan tidak ada yang mengganggu, siang itu setelah makan ia langsung tidur.

Malamnya setelah makan, Sandi lantas masuk kamar, sesuai rencananya untuk main games. Ayahnya sempat bertanya, apakah ia ada PR hari itu, Sandi menjawab, "Iya yah, ini baru mau ngerjain," padahal nyatanya ia mau bermain game  Memang sih ada PR, tapi biarlah, besok pagi-pagi betul ia bisa menyalin punya teman di sekolah.

Game barunya itu memang betul-betul bagus, game strategi yang membutuhkan kepiawaian dalam memainkannya, grafiknya keren pula. Begitu asyiknya Sandi bermain hingga larut malam, ia baru berhenti saat merasakan kantuk tak mampu ditahannya, saat dilihat jam, sudah pukul dua lewat, mulutnya menguap lebar. Ia matikan komputer dan bergegas beranjak ke tempat tidur.

Esoknya Sandi kalang kabut, ia bangun kesiabgan, karena ketika ia bangun, sudah pukul tujuh, padahal masuk sekolah pukul tujuh lewat limabelas. Ingin rasanya Sandi mengomel tak karuan, biasanya kalau ia bangun kesiangan ibunya atau ayah pasti membangunkannya. Kemana mereka? Tapi rupanya ayah sudah berangkat ke kantor, dan ibunya cuma tertawa melihat ia bangun kesiangan.

“Itulah, makanya kalau tidur jangan terlalu malam, salahmu sendiri,” ujar ibunya. Rupanya ibunyapun mungkin sudah sepakat pula dengan ayahnya untuk memberinya pelajaran dengan tak membangunkannya hingga ia kesiangan.

Sial! Sandi hanya mampu merutuk dalam hati. Pada ibunya Sandi cuma bisa cemberut, tanpa membalas ucapan ibunya ia segera mandi, berpakaian dan lantas berangkat sekolah tanpa sempat sarapan karena sudah telat.

Sampai di sekolah tentu saja ia sudah terlambat, hari itu jam pertama adalah Bahasa Indonesia, dan Pak Budi gurunya yang terkenal galak sudah mengajar saat ia masuk. Sebenarnya ia ragu untuk masuk, tapi pak Budi sudah terlanjur melihat, dan langsung menyuruhnya masuk.

“Kenapa terlambat!?” Tanya Pak Budi setengah menghardik.

“Bangun kesiangan Pak,” jawab Sandi sambil tertunduk. Di belakang beberapa temannya terdengar mengikik pelan.

“Kenapa sampai kesiangan?” Tanya Pak Budi lagi sambil menatap dari atas ke bawah tubuh Sandi penuh selidik.

Sandi terdiam, tak mampu menjawab, ia hanya tertunduk lesu.

“Tidak mau menjawab? Hmm… pasti karena kamu tadi malam tidur sampai larut, iya kan?” tebak Pak Budi. Sandi menjawab dengan anggukan pelan.

Pak Budi sejenak terdiam, dipandanginya lagi muridnya yang terlambat itu, melihat cara berpakaian Sandi yang kurang rapi, jelas tadi anak ini berangkat dengan tergesa-gesa, tak sadar ia tampak menggeleng-gelengkan kepala sambil mengusap-usap dagu

“Baik, sebagai hukuman, dan supaya jadi pelajaran buat kamu agar tak mengulangi keterlambatan, sekarang berdiri di depan kelas sampai pelajaran selesai,” ucap Pak Budi kemudian memberi keputusan.

Sandi pasrah mendengar hukuman buatnya, karena ia memang bersalah. Terpaksa dengan mata mengantuk dan perut lapar ia harus berdiri di depan kelas sampai Pelajaran Bahasa Indonesia selesai, beberapa temannya tersenyum geli melihat Sandi di hukum di depan kelas, membuat Sandi makin merasa malu. Dalam hati  ia berjanji untuk mengatur waktunya bermain games dan lebih menggunakan komputernya untuk hal yang lebih bermanfaat, sehingga tidaklah lagi bangun kesiangan dan mendapat hukuman dari guru.

S e k i a n. 

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment

Previous Post Next Post