Misteri Hilangnya Buku Kehadiran


Bondan sedang asyik di depan laptopnya saat Haidir menghampirinya di ruang guru.

"Lagi sibuk ngapain Mas?" tanya Haidir sambil mengacungkan tangan untuk bersalaman.

Senyum terkembang di bibir Bondan, disambutnya tangan Haidir, "Ah, enggak terlalu sibuk, cuma sedang merekap nilai untuk raport." jawabnya lalu.

"Ada apa ni Dir?" balik tanya Bondan saat dilihatnya Haidir telah duduk di bangku samping mejanya.

"Ini Mas, sorry mengganggu.. berhubung sebentar lagi akhir semester, aku perlu data absen siswa"

"Maksudmu daftar hadir kelas yang aku walinya?" 

"Betul itu Mas"

"Loh? Biasanyakan sudah sampean minta sekretaris kelas untuk mengumpulkan absen to Mas?"

Haidir tak langsung menjawab, sebentar ia garuk kepalanya yang tidak gatal kemudian mulutnya membuka, "Itulah permasalahannya Mas, semua sekretaris kelas sudah ku minta buat ngumpul absen, tapi ya itu.. cuma kelas sampean yang belum ngumpul.."

Dahi Bondan mengerut. "Aneh? Apa sebabnya?" ucapnya pelan.

Haidir tersenyum masam, "Sebenarnya sekretarisnya dah nemuin aku Mas.. tapi waktu ku tagih daftar hadir, ia bilang di bawa Pak Doni guru Agama.."

"Lha terus sudah kau tanyakan dengan Pak Doni?" potong Bondan.

"Sudah Mas.."

"Hasilnya..?" Bondan tak melanjutkan pertanyaannya, karena ia baru sadar kalau itu pertanyaan bodoh, sekiranya Haidir sudah mendapatkan Buku Daftar Hadir itu dari Pak Doni tentulah tidak nanti bertanya padanya. Maka sebelum Haidir membuka mulut ia lantas berucap, "Jadi kesimupalannya buku itu tidak ada di sekretaris kelas dan tidak ada di Pak Doni, begitu ya?"

Haidir mengangguk.

Bondan mendesah, ia sandarkan tubuhnya di kursi. tangannya menarik-narik bulu jenggotnya yang tumbuh beberapa helai. Kemudian menolehkan kepalanya ke Hidir, "Terus terang akupun tak punya cadangan absen kelas Dir."

Haidir terbatuk kecil. "Lantas bagaimana solusinya Mas? Maksudku sampean selaku walinya.."

Kembali Bondan menarik-narik bulu jenggotnya, lantas dengan spontan ditepuknya bahu Haidir, "Tenang Mas, nanti aku tanyakan dulu ke Sekretaris kelas."

Haidir tak berpanjang kata, seusaI mengucapkan terimakasih, ia lalu keluar ruang untuk kembali ke kantornya. Haidir guru BK di sekolah itu, ia memiliki ruang kantor yang terpisah dari ruang guru-guru lain, tujuannya agar lebih leluasa untuknya menangani siswa-siswi yang bermasalah.

Selepas Haidir keluar, Bondan memberesi laptopnya, kemudian melangkahkan kaki, yang ia tuju ruang kelas dimana ia menjadi walinya. 

***

Rupanya kelas kosong tanpa ada guru, guru yang sedianya mengajar rupanya ada keperluan penting lain, sehingga meninggalkan tugas untuk dikerjakan siswa. Tapi ya dalam kenyataannya bukannya mengerjakan tugas dengan tenang, anak-anak malah ribut, ada yang lari sana lari sini, ada yang tertawa-tawa dengan temannya, bahkan ada yang saling lempar-lemparan kertas. Itulah murid-murid yang ia walinya. Satu kelas yang sukar ditangani siswanya walau sudah berkali-kali ia beri nasehat.

Bondan mengucapkan salam. Sontak anak-anak berpaling kearahnya. Suasana langsung hening. Kemudian salah satu membalas salamnya, diikuti yang lain.

Bondan melangkah masuk, ia duduk di bangku guru. Dipandanginya muridnya satu-satu. Satu hal yang penting dimiliki seorang guru ialah kesabaran, karena harus menghadapi berbagai siswa dengan bermacam karakter.

"Pelajaran siapa?" tanyanya.

"Bu Sulis Pak," jawab Edo si ketua kelas.

"Ada tugas?" 

"Ada Pak"

"Dikerjakan belum?"

Mereka saling berpandangan. Edo kembali membuka mulut, "Sebagian sudah Pak"

Bondan tersenyum. "Ya kalau gitu dilanjutkan.. Ada waktunya nanti bermain-main, yakni pas istirahat.. paham?"

Mereka mengangguk-angguk.

Bondan ketuk-ketukkan jari telunjuknya diatas meja guru. "Ada yang tidak hadir?"

"Ada Pak.." kali ini Nabilla sekretaris kelas yang menjawab.

"Berapa orang?"

"Tiga Pak"

"Ada keterangan?"

"Yang dua ada Pak, sakit tertulisnya, yang satu nggak ada Pak"

"Siapa?"

"Ando Pak.."

Ando? Anak itu rupanya belum berubah, beberapa kali diperingatinya untuk rajin masuk sekolah karena akan mempengaruhi kenaikan rupanya tak diindahkan.

"Baik, Bapak tidak lama.. yang jelas nanti kalau Ando masuk tolong minta temui Bapak di kantor.. selanjutnya Bapak cuma ingin menanyakan absen kelas, karena sebentar lagi pembagian raport, Bapak perlu data kehadiran untuk Bapak masukkan dalam raport, nah tolong daftar hadirnya bawa kesini."

Anak-anak kembali diam tidak ada yang bereaksi. Bondan memandang wajah Nabilla, "Billa, absennya.."

"Absennya nggak di aku lho Pak.. kemaren waktu itu di bawa Pak Doni.." jawab Bilka.

Bondan tesenyum, "Tapi di Pak Doni tidak ada Billa.."

Nabilla diam tak menjawab, begitupun yang lain. Bondan geleng-gelengkan kepala. Baru kali ini ia menjadi Wali Kelas di sekolah menengah kejuruan ini setelah sepuluh tahun menemui satu persoalan dimana Daftar Hadir bisa raib tak ketahuan rimbanya.

"Baik" ucapnya, "Karena kalian tidak bisa menunjukkan Daftar Hadir tidak mengapa.. tapi saya pastikan kehadiran kalian tetap saya inputkan dalam raport.." lanjutnya.

Nabilla tampak tertunduk, begitu juga yang lain. Satu hal yang mulai di duga Bondan, hilangnya Daftar Hadir Kelas bukannya tanpa alasan, pasti ada alasan terselubung, bisa jadi akal-akalan para siswa agar ketidakhadiran mereka tak tercatat dalam raport.

Setelah kembali mengucapkan salam, Bondan meninggalkan ruang kelas. Dia sudah punya cara untuk mendapatkan data kehadiran siswa, yakni dengan mengumpulkan data kehadiran dari guru-guru lain, terutama guru-guru lain, terutama guru-guru produktif, karena merekalah yang memiliki jam banyak di jurusan masing-masing.

***

Begitulah, walau agak ribet Bondan tetap mendapatkan data dakhadiran siswa dengan mengumpulkannya Daftar Hadir dari guru-guru produktif, ia rekap untuk dimasukkan dalam raport, tak lupa diprintnya satu lembar untuk diberikan kepada Pak Haidir. 

Waktu pembagian raport, sebelumnya ia minta siswa-siswa untuk membersihkan kelas, setelah rapi, barulah ia masuk ke dalam kelas. Beberapa nasehat ia sampaikan sebelum raport dibagikan. Setelahnya ia panggil satu-satu nama-nama siswa sesuai Absen. Selesai raport dibagikan segera ia kembali keruang guru. Tugasnya sudah selesai hari itu, ia berkemas untuk kembali kerumah setelah sebentar bercakap-cakap dengan rekan guru lain.

Baru kakinya melangkah keluar dari ruang guru, seorang siswa memanggil. "Pak! Tunggu Pak!"

Bondan berpaling kearah suara. Ando? Mau apa anak itu? 

Setelah Ando berada didepannya ia bertanya, "Ada apa Ndo?"

"Ini salah Pak.." ucapnya sambil mengacungkan buku raport yang ada ditangannya.

"Apanya yang salah?"

"Ini Pak.. ketidakhadiran saya salah Pak.."

"Salah bagaimana? Itu sudah saya rekap dari guru-guru lain lho?"

"Ia Pak.. tapi ini salah Pak.. saya harusnya ketidakhadiran tanpa keterangannya delapan kali Pak.. ini ditulis sepuluh kali Pak..." jelasnya.

Bondan makin heran, "Eh? Bagaimana kamu ingat cuma alpa delapan kali? Kamu punya bukti?"

Ando membuka tasnya, ia mengambil sesuatu dai dalam tas, begitu tangannya keluar ia mengangsurkan sebuah buku ke Bondan. Buku Daftar Hadir Kelas...

***

Yah, kurang beruntung si Ando, niatnya ingin mengakali guru dengan menyembunyikan Buku Daftar Hadir, agar data ketidakhadirannya tidak tercatat, tak dinyananya kalau Pak Bondan tak kurang akal, dengan mengumpulkan data dari guru-guru lain.

Pak Bondan dapat memaklumi usaha Ando, tapi biar begitu tetap saja ia segera memberikan pembinaan khusus pada Ando, tentang perilakunya yang salah, tentang sanksi yang dapat dikenakan atas tindakkannya dan motivasi agar ia terdorong untuk merubah segala kelakuannya selama ini dan dapat rajin sekolah serta mengikuti kegiatan pembelajaran.

Sekian.

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment

Previous Post Next Post