RIMBA BARA - Rencana Para Iblis


Terletak di pedalaman Rimba Bara, tampak sebuah bangunan besar tinggi menjulang. Bangunan yang memiliki beberapa menara itu terlihat kusam dan angker.

Cahaya berwarna ungulah yang menerangi sekitar bangunan, berasal dari batu-batu Kristal yang tertanam pada tonggak-tonggak yang terbuat dari batu.

Belasan makhluk-makhluk dengan cakar-cakar tajam berkeliaran seakan bertugas menjaga keamanan. Di depan gerbang tegak berdiri dua sosok tinggi besar dengan rambut riap-riapan membekal sebuah gada dengan bola bulat di ujungnya. Penampilan mereka semakin menakutkan dengan mulut yang dihiasi taring-taring yang panjang.

Di salah satu ruang di dalam bangunan, duduk tenang di sebuah kursi semacam singgasana seorang lelaki dengan wajah pucat. Badannya terkesan kurus, tapi matanya yang memiliki warna merah sangat tajam. Didepannya, belasan sosok dengan berbagai macam rupa duduk menanti.

Siapakah lelaki itu?

Yang tengah duduk disinggasana itu tak lain adalah Sang Pangeran Muda Iblis, belasan sosok yang ada di depannya adalah para bawahannya Para Kaum Iblis dan Siluman.

Bagi para iblis malam adalah siang, dan siang adalah malam, karena itulah di larutnya malam, ia mengumpulkan para bawahannya, ada satu kabar yang di nantinya saat itu.

Dari pintu luar tiba-tiba muncul sesosok tubuh. Tampilannya seperti manusia, tapi telinganya sedikit panjang, memiliki bola mata berwarna hijau, dan rambut panjang berwarna putih. Seluruh pandang mata menoleh kearah si pendatang. Si pendatang memberi hormat saat melewati barisan pembantu utama Sang Pangeran. Begitu berada dua tombak di hadapan Pangeran Muda, ia membungkuk memberi hormat. “Salam Pangeran.”

Dengan dingin Sang Pangeran mengangguk kecil.

Hening beberapa lama. Pangeran Muda Iblis mendehem, “Cukup lama kami menunggu Surya Api, kudengar berita engkau akan membawa kabar baik mala mini.”

Tergeragap si pendatang yang dipanggil Surya Api mengangguk-angguk, “Benar tuan.”

“Kabarkanlah cepat.”

Tak menjawab, Surya Api malah sibuk memudar bungkusan yang terikat dipunggungnya. Ditaruhnya di depannya, begitu kain yang membungkus di buka, tampak sebuah peti hitam panjang.

Pandang mata Pangeran Muda begitu menaruh minat. “Bukalah, semoga sesuai harapanku.”

Dengan perlahan Surya Api membuka tutup peti.

Mata Sang Pangeran seakan bersinar,”Akh, Pedang Elmaut dan Gelang Perisai Mentari!”

Mendengar ucapan Pangeran Muda Iblis, para pembantu utama yang ada di dalam ruang mengeluarkan berbagai suara bernada terkejut dan kagum.

Bangkit dari singgasananya, Sang Pangeran menghampiri kotak peti, membungkukkan badan dan mengambil dua benda yang ada di dalamnya. Begitu dua benda berada digenggamannya, bibirnya tampak tersenyum puas.

“Ha ha ha… akhirnya-akhirnya,” matanya menyapu ruang, di acungkannya dua benda itu tinggi-tinggi. Para pembantu utama sang pangeran spontan berdiri, agar dapat melihat dua benda mestika itu dengan lebih jelas.

Seringai menghias bibir Sang Pangeran. “Dengar kataku! Dua benda sakti sudah kita miliki! Saatnya kita bangkit! Kita balaskan dendam Sang Raja Kegelapan!”

Suara riuh rendah penuh semangat memenuhi ruang.

Selagi penuh suka cita melanda hati Sang Pangeran Muda, dari luar ruang tergopoh-gopoh sesosok bertubuh tinggi luar menghambur masuk, wajahnya menyiratkan panik.

“Gawat tuan, gawat!” Teriaknya.

Teriakan itu mengheningkan suasana, semua mata menoleh.

“Lodara! Apa maumu menghambur masuk!” Semprot satu iblis yang memiliki dua tanduk panjang di kepalanya.

“Maaf tuan! Maaf! Tapi kita di serang!”

Sang Pangeran dengan pandang dinginnya membuka mulut. “Manusiakah?”

“Bukan tuan! Bukan! Tapi bangsa siluman!”

“Siluman? Hmm…” ia menoleh kearah Surya Api. “Apakah golonganmu?”

Wajah Surya Api pucat, “Mana berani saya tuan.” Jawabnya singkat.

“Lantas siapa?” Matanya menoleh pada si pelapor.

“Penguasa Kuil Salju tuan.”

Melengak Sang Pangeran mendengarnya. “Heh, sejak kapan si Tongkat Petir berani mengangguku? Apakah bernyawa Sembilan dia sekarang?”

“Banyakkah pengikutnya?” tanyanya kembali.

“Binatang buas tuan, Sang Ratu di bantu para Beast, kami kewalahan.”

“Ohh, jadi dia sudah menguasai Kristal milik Si Penakluk Iblis rupanya, baiklah, mari kita tunjukkan siapa pemimpin sesungguhnya.” Selesai berucap, Sang Pangeran mendahului melangkahkan kaki keluar dari ruangan.

Di luar bangunan suasana terlihat kacau, pertempuran sengit sedang terjadi, ratusan Gulot, para prajurit Iblis dan Siluman menghadapi puluhan siluman anak buah Penguasa Kuil Salju yang dibantu ratusan binatang-binatang buas berbagai jenis.

Para Beast bertempur sangat brutal, raungan ganas memenuhi area, pekik kematianpun terdengar silih berganti. Kubu Sang Pangeran tampak kewalahan menghadapi gempuran lawan, terlebih berkali-kali Si Tongkat Petir mengayunkan tongkatnya, menimbulkan ledakan yang menhanguskan lawan.

Dari dalam bangunan muncul sosok Sang Pangeran. Wajahnya membesi melihat belasan anak buahnya terkapar tak bernyawa. Dengan penuh amarah tubuhnya melesat, Pedang Mestika Elmaut di tangannya berkelebat. Seekor Beast berwujud naga bersayap yang terbelah dua tubuhnya begitu terlanda sabetan pedang. Raungan kematian terdengar seiring dengan terhempasnya tubuh si makhluk.

Tak cukup di situ, tubuh Sang Pangeran Muda Iblis terus berkelebat, tiap sabetannya pasti membawa maut bagi lawannya.

Belasan pembantu utama Sang Pangeranpun tak mau kalah, begitu mereka keluar dari bangunan, langsung pula meluruk  menerjang para perusuh. Dalam sekejap keadaan berbalik, kini pihak pangeran berada di atas angin mendesak lawan-lawannya.

Melihat kegananasan Sang Pangeran, Si Tongkat Petir melayangkan tubuh menghampiri. Tongkat ditangannya berkelabat. Clarrrt! Dherr! Kiblatan petir tanpa ampun melanda tubuh Sang Pangeran, asap putih mengepul.

Senyum kemenangan tersungging di bibir Penguasa Kuil Salju.

Tapi saat asap putih memudar, tampak tubuh Pangeran tetap berdiri utuh tanpa kurang suatu apa, pendar cahaya biru mengeliling tubuhnya.

Kejut Si Tongkat Petir.

Kejap lain tubuh Sang Pangeran melompat tinggi, Pedang Elmaut berkiblat hebat, mengeluarkan suara menderu bak tumpahan gelombang samudera.

“Aikhh!” Penguasa Kuil Salju memekik, ia menghindar sabetan pedang dengan undur kebelakang.

Melihat lawan lolos, Sang Pangeran terus memburu, pertempuran sengitpun terjadi antar keduanya.

Kehebatan Pedang Elmaut memang bukan isapan jempol, berkali-kali Si Tongkat Petir menghantamkan energi petir dari tongkatnya dengan mudah dibalikkan dengan sabetan pedang. Peluh dingin memenuhi tubuh Sang Ratu, tak disangkanya Sang Pangeran memiliki senjata demikian dahsyatnya.

Di satu kesempatan, Pangeran Iblis berhasil  memaksa Si Tongkat Petir melepas tongkatnya karena sabetan pedang hamper memutus lengan. Dan denga sigap sebuah tendangan melanda perut Si Ratu.

Dhuaggh! Oukhh!

Tubuh perempuan cantik itu terbanting keras, dari mulutnya melontak darah segar. Sigap ia hendak bangkit, tapi sebuah benda dingin telah menempel di lehernya, ujung Pedang Elmaut. Saat ia mendongkkan kepala, senyum simpul terkembang dari bibir Sang Pangeran Muda.

“Menyerahlah.”

Tak ada kata terucap dari bibir Sang Ratu, keadaan yang terjepit memaksanya untuk mengangguk, mengaku kalah.

Pertempuran sontak berakhir, anak buah Sang Penguasa Kuil Salju yang tersisa dan para Beast menghentikan perlawanan begitu pemimpin mereka berhasil dikalahkan.

Pangeran Muda Iblis meraih tangan Sang Ratu membantunya berdiri, kemudian mengedarkan pandang ke sekelilingnya, “Bagus-bagus, tak selayaknya kita bermusuhan.”

“Musuh kita yang sebenarnya adalah para manusia! Dengan menggabungkan kekuatan, akan lebih mudah kita menaklukkan mereka!” ucapnya penuh semangat.

Ditolehkan kepalanya kearah Sang Ratu, “Kau bersamaku Ratu?”

Sang Ratu Penguasa Kuil Salju mengangguk pelan.

“Ha ha ha… segera-segera, kita akan persiapkan pasukan untuk melakukan gempuran besar-besaran, sudah saatnya mereka mengakui siapa pemimpin Rimba Bara sesungguhnya.” Pungkas Sang Pangeran.

Bersambung.

EPISODE SEBELUMNYA | EPISODE SELANJUTNYA

Baca SERIAL RIMBA BARA lainnya.

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment