Sudah dua kali ibu mengandung, tiap kali tahu ibu hamil aku sangat senang, harapku nanti akan punya adik laki-laki yang bisa ku ajak bermain.
Aku sendiri selama ini selalu kesepian, pada dasarnya memang orang rumahan, tak sering-sering lama bermain di luar rumah, karrna itu pikirku pasti akan menyenangkan bila punya adik yang akan menemaniku bermain di rumah.
Tapi mungkin belum takdirnya, dua kali mengandung, dan dua kali juga ibu keguguran di usia kandungan masih terhitung muda. Tentu ada kekecewaan juga di hatiku, dan pastinya kesedihan bagi kedua orang tuaku.
Syukur, kini ibu sudah hamil lagi. Ayah yang tidak ingin kejadian berulang, sangat mewanti-wanti ibu agar jaga diri, jangan terlalu capek, dan bila ingin apa-apa tinggal bilang ke ayah.
Ibu juga tak ingin anak yang di kandungnya kali ini sampai keguguran, banyak pekerjaan rumah yang biasanya di kerjakan ibu, akhirnya di selesaikan oleh ayah, atau meminta bantuanku.
Dan tibalah jua masa yang di nanti, iaitu saat-saat ibu hendak melahirkan. Ayah terlihat gelisah waktu itu, mungkin mencemaskan hal-hal buruk yang bisa terjadi.
Namun kecemasan ayah sirna, kala di dengarnya suara tangisan bayi memecah dari kamar persalinan. Ibu telah melahirkan, dan ia melahirkan seorang bayi laki-laki.
Kegembiraan meliputi keluarga kami. Ayah langsung mengadakan syukuran sekembalinya ibu dari rumah sakit, dengsn mengundang tetangga-tetangga di lingkungan sekitar rumah kami. Dan aku mungkin yang paling senang, bayangin aja, aku punya adik, laki-laki pula.
Waktu terus berputar, kini adikku sudah berusia tujuh tahun, Doni namanya. Ia tumbuh menjadi anak yang ceria dan sangat aktif. Yah, adikku bisa di bilang tidak bisa diam orangnya, ada-ada saja aktifitas yang di lakukannya di dalam rumah. Sebenarnya bagus, dalam artian secara positif pengganti olah raga.
Sayangnya akibat yang sering terjadi akibat kelakuan adikku itu yang bisa di bilang negatif. Ibu yang sering tidak sabaran dengan tingkah adikku, dia yang pasti duluan ngomel dan marah-marah dengan segala keriuhan yang dilakukan adik.
Bisa dibilang adikku memang agak bandel, sukanya lari sana lari sini, brantakin segala perabot rumah buat mainan. Dan satu kelakuannya yang ku anggap paling nyebelin, ialah karena dia itu demen banget kentut sembarangan. Coba bayangin, tiap kali kentut sengaja di keras-keraskan suaranya, belum lagi baunya, OMG dech pokoknya.
Ulahnya jelas bikin jengkel ayah dan ibu. Seringkali mereka menegur adikku, bahwa perbuatannya itu sangat-sangat tidak sopan. Begitu di nasehati di depan ayah dan ibu Doni terlihat menurut, tapi dasar bandel, belum juga ada kapok-kapoknyanya dia, besok-besoknya masih juga dia ulangi perbuatannya itu.
Paling sering si Doni ngerjain aku, kalau pas lagi main bareng, sering lagi asyik-asyiknya dengan sengaja di arahkan pantatnya kemukaku dan kentutlah ia dengan keras. Kalau sudah begitu, akan ku kejar dia, begitu tertangkap ku pukuli pantatnya.
Malam itu selepas Maghrib seperti biasa kami sekeluarga akan kumpul buat nonton acara Televisi di ruang tengah. Aku sendiri baru selesai makan dan mo ikutan nimbrung. Baru duduk di kursi, adikku yang lagi asyik nonton acara filem kartun tiba-tiba angkat pantatnya... Duut! Terdengar suara keras dari pantatnya.
Sial! Rutukku. Ku ambil guling yang tergeletak di atas sofa dan kupukul punggungnya. Adikku cuma mengekeh, sedang ayah yang duduk di kursi sofa depan Televisi hanya geleng-geleng kepala sambil membetulkan letak kacamata yang di kenakannya.
Tak lama ibu datang dari belakang, ditangannya ada sepiring nasi dan lauk. Rupanya ibu hendak makan sambil menyaksikan acara Televisi.
Belum lagi ibu duduk, kembali terdengar suara dari pantat adikku.. Dutt! Disertai cekikikan, adikku rupanya belum tahu kalau ibu juga ada di ruangan.
Doni! Teriak ibuku. Adikku kejut menoleh.. "Ibu mau maem.. awas kalo kamu kentut lagi!" Ancam ibuku garang.
Adikku tampak kaget, ia berbalik, wajahnya terlihat sedikit pucat, lalu ia mengangguk, sebenarnya ia agak takut dengan ibu yang terkenal galak. Selesai berucap memberi peringatan ibu lantas duduk dan mulai menyuap, menikmati makan malamnya.
Kami asyik nonton filem kartun yang lucu, adikku juga sepertinya sudah lupa dengan teguran ibu tadi, ia terpingkal-pingkal melihat adegan lucu yang di tayangkan.
Lagi asyik nonton, entah di sengaja ato keceplosan, dari pantat adikku yang sedang tertawa terpingkal terdengar suara.. Duutt!
Buk! Prang!
Piring di tangan ibu spontan terlempar ke kepala Doni dan kemudian pecah terbanting ke lantai. Rupanya ibu sangat marah dengan kelakuan Doni. Kejap berikutnya Doni meraung menangis sambil memegangi kepalanya yang benjol, sedang ibu yang kesal langsung masuk kamar tak pedulikan tangis Doni.
Sambil mengusap-usap kepala Doni yang benjol ayah berucap. "Sudah-sudah, jangan nangis, sudah gede nggak boleh nangis, malu sama kakakmu tu.. Ayahkan sudah sering bilang, kalau kentut jangan sembarangan, itu tidak sopan Don, masih beruntung yang kamu kentutin ibumu sendiri, gimana kalau orang lain? Pasti Doni bakalan kena marah.."
Tak langsung tangis Doni berhenti, ia masih tersengguk-sengguk. Mungkin ia sungguh tak menyangka, bakal terkena serangan piring terbang di area kepalanya malam ini.
Memang tangis Doni berhenti juga setelah terus di bujuk ayah, aku sendiri kebagian membersihkan piring dan nasi yang berantakan. Hati-hati betul kubersihkan, juga lantas ku sapu, takut masih ada serpihan sisa kaca piring di lantai.
Ibu tak berapa lama keluar lagi dari dalam kamar. Dengan memasang wajah angker ia duduk di sofa dan menaruh dua tangan di atas perut.
Ayah yang mengetahui ibu masih mengambek segera menyuruh Doni menghampiri ibu untuk minta maaf. "Nah tu Don, ibumu marah besar, sudah sana kamu minta maaf.."
Dengan takut-takut Donipun menghampiri ibu. "Bu.. maaf.. Maafin Doni ya.."
Ibu bergeming.
Doni kebingungan, sebentar ia menoleh ke arah ayah, dan kembali ke arah ibunya.
"Ibu... Doni minta maaf Bu... Doni janji Bu.." katanya lagi.
"Janji apa!?" tanya Ibu cepat setengah meninggi.
"Anu Bu.. Doni janji.. janji tidak kentut sembarangan lagi Bu..." jawab adikku.
"Sungguh..!?" tanya ibu lagi memastikan.
"Iya Bu... Doni janji.." jawab Doni lagi dengan nada hampir menangis.
Ibu tampak menahan senyum melihat anaknya yang serba bingung. Akhirnya Ibu betulan tersenyum, dibelainya rambut adikku. "Doni.. Doni.. ya udah Ibu maafkan kali ini, tapi ingat janjimu ya.."
Cepat Doni mengangguk, "Iya Bu.. Doni janji.."
Ibu yang pada dasarnya sangat menyayangi Doni tak mau berlama-lama ngambek. Iapun memeluk adikku dengan sayang.
Kejadian benjolnya kepala Doni memberi pelajaran berharga baginya, karena semenjak kejadian itu, Doni merubah sifatnya, memang ia masih aktif lari sana lari sini, tapi tak lagi Doni kentut sembarangan.
S e k i a n.
Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.