Habis Sunat Nekad


Ayahku bilang, di sunat atau khitan itu nggak sakit, rasanya seperti di gigit semut. Tentu aku jadi pede, apalagi mantri sunatnya adalah pamanku sendiri. Dan memang betul kata ayahku, setelah akhirnya sunat memang rasanya seperti di gigit semut, semut satu pohon.

Biar begitu aku tetep seneng, soalnya ayah memeriahkan acara sunatku dengan pentas wayang kulit sehari suntuk. Ayah memang tahu betul hobbyku nonton wayang kulit.

Selain di meriahkan dengan pentas wayang kulit, yang bikin aku seneng campur banget adalah pemberian uang dari para sodara yang hadir, tiap kali tamu dateng menyalami, pasti sambil menempelkan amplop uang di tanganku, he he.. biar baru kelas lima sekolah dasar, kalo urusan uang mah paham. Amplop-amplop itu langsung aman kumasukkan kantong.

Selesai acara, sambil tiduran di kamar sibuk aku buka amplop-amplop perolehanku, wuiih.. banyak banget uang-uang yang terkumpul. Di otakku cuma satu yang terpikir buat apa uang-uang itu, buat beli buku bacaan tentunya. Ya memang, aku paling demen baca buku cerita, palagi yang bergenre action. Kalau sudah baca, pokoknya harus kelar tu buku dalam satu hari, bahkan kadang aku mesti melek sampai larut buat menyalurkan hobby yang satu itu.

Beberapa hari setelah di sunat kemana-kemana aku masih kenakan sarung, ya gimana, lha wong adik kecil masih sakit kalo pake celana, hi hi...

Di rumah terus rasanya bosen banget, palagi keinginan untuk membeli buku bacaan makin menjadi. Sebenernya bisa aja minta tolong ayah beliin buku-buku itu, tapi takutnya gak sesuai dengan keinginanku.

Memang nekad, karena esoknya dengan diam-diam aku pake celana, kutaruh sebuah wadah kecil plastik bekas vitamin di celanaku agar gak tersenggol langsung dengan si 'burung' yang baru di sunat, setelah itu membekal uang yang kupunya aku keluar rumah menuju pasar kota. Tujuannya cuma satu, beli buku bacaan.

Jarak pasar kota dengan rumah kurang lebih hanya dua kilometer, karena ku tempuh dengan jalan kaki rasanya jauh juga.

Sesampai di pasar segera ku kunjungi toko buku langgananku, wah.. rasa capek kontan hilang melihat berbagai buku bacaan yang tersedia, segera aku sibuk memilih buku-buku itu untuk kubeli.

Habis semua uang bekalku, berganti dengan sekantung plastik penuh buku bacaan, hatiku senang, walau hari mulai terik, kakiku mantap menuju pulang.

Sampai rumah segera aku masuk kamar, dan khusyuk dengan buku-buku bacaan baruku. Entah pukul berapa aku baru terlelap diantara buku-buku bacaan yang baru ku beli, yang jelas di atas pukul dia belas malam.

Pagi esoknya bagian selangkanganku terasa nyeri, "Aduuh..." keluhku. Setelah ku perhatikan ternyata si 'burung' yang baru di sunat tampak bengkak.

Selesai membasuh sekedarnya aku keluar dengan perlahan.

Ayah yang hendak mandi rupanya heran dengan cara jalanku, "Kenapa kamu Yan? Perasaan jalanmu makin pelan ketimbang kemarin? Apa masih sakit betul?"

Aku mengangguk, mimik mukaku tak bisa kututupi menahan nyeri yang amat.

"Coba ayah periksa."

Aku menurut, di bukanya kain sarungku, "Pantes, ini bengkak Yan.."

"Iya yah, sakit.." keluhku akhirnya.

"Ya udah, nti ayah antar ke dokter," ucap ayah.

Aku di antar ke dokter umum oleh ayah. Sampai disana, Dokter memeriksa penyebab sakitku, dan lantas di suntik juga olehnya, katanya jangan terlalu banyak gerak dulu biar lekas pulih.

Aku memang menurut, dan lebih banyak istirahat selepas berobat, tapi tentu tak kuceritakan pada ayah kalau aku sudah nekad jalan kaki sampai ke pasar kota kemarin, bisa-bisa kena omel olehnya.

Sekian.

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment

Previous Post Next Post