Mengintai di Balik Tirai


Ibu uring-uringan akhir-akhir ini, penyebabnya karena beberapa hari ini selalu kehilangan uang. Yang hilang itu adalah uang hasil dari warung yg ia kelola, tiap kali ada yg beli pasti di taruh di sebuah wadah kaleng di kamar. Ibu termasuk orang yg teliti, pengalaman bertahun2 membuat ia selalu rajin menghitung pendapatannya tiap waktu. Karena itu, begitu ada yg hilang tentu ia langsung tahu.

"Heran Ibu, sudah ibu tandai, pasti hilangnya menjelang Maghrib, saat memang warung sepi dan ibu sendiri kebelakang untuk mandi dan sholat." Ucapnya sore itu.

"Kalau gitu tu kaleng baiknya di simpen di lemari terus di kunci tiap ibu mau mandi," saranku.

"Ya gimana, udah kebiasaan, ibu selalu lupa menyimpannya," kilah Ibu.

Aku sendiri sudah berkeluarga, dan tinggal di rumah tepat di belakang rumah ibu, biasanya baru malam aku baru bisa menemani ibu di depan, karena pagi sampai siang harus kerja, siang sampai sore istirahat dan beres2 rumah.

"Yang nyuri uang jelas sudah tahu kebiasaan ibu, makanya selalu beraksi tiap menjelang Maghrib, ya gini aja Bu, coba beberapa hari ini kita intai, ibu seperti biasa, menjelang sore pura2 mandi, nah nanti aku sebelum itu dah sembunyi di balik kamar.. kalau ada yg nylonong masuk dan ambil itu uang, langsung ku ringkus," gagasku kemudian. Ibupun sepakat dengan ideku.

Besok sorenya, sesuai rencana aku sudah sembunyi di balik kamar di depan kamar ibu menaruh kaleng uang. Sekitar satu jam ibu pergi kebelakang buat mandi. Dengan harap2 cemas aku sabar menunggu.

Setelah beberapa saat menunggu kulihat kelebatan tubuh masuk kamar ibuku, segera aku berjingkat menyusul. Saat kutengok perlahan kedalam kamar, membelakangiku satu tubuh gemuk yg lagi hati2 membuka kaleng. Beberapa lembar uang puluhan ribu berhasil diambilnya dan masuk kesaku celana, cepat ia berbalik buat kabur, tapi tak kubiarkan, cepat kupegang satu tangannya, ia kaget dan coba mengibas tangannya. Langsung aku plintir tangan itu dan memukul kepalanya. Dia merintih. "Ampun Om..." ucapnya.

"Duduk!" Perintahku sambil tetap memelintir tangannya.

Remaja tanggung itu duduk jongkok lemas. Aku tarik rambutnya, "Maling kamu ya!?" Teriakku.

"Tidak Om..."

Plak! Aku tampar mulutnya, ia menjerit. Kutarik beberapa lembar uang yg tadi masuk kekantongnya, "Dah jelas maling gak mau ngaku! Gw laporin polisi lu ya!" Ancamku.

"Aduh jangan Om, ampuunn..." rengeknya.

Ibu datang dari belakang. "Siapa itu Yok?"

"Ini malingnya Bu!"

Ibu lebih memperhatikan wajah si maling, "Lho? Inikan Bondi!?"

"Bondi siapa Bu?" Tanyaku.

"Ya Bondi, dia kadang beli rokok di sini.. Oo.. jadi kamu ya Bon malingnya selama ini... tega kamu ya sama Embah.." ujar Ibu.

"Ampun Mbah.. maaf ..."

"Gimana ini Bu? Aku telpon polisi ya, biar di sel ni bocah!?"

Bondi meraung takut, "Jangan Oom, ampun.. "

"Ampun2, gw lepas besok lu nyolong lagi," tukasku.

"Enggak Om.. kapokk.. nggak lagi2 Oom.."

Aku saling berpandangan dengan Ibu. Akhirnya ibu buka mulut, "Ya udah, ini pelajaran buat kamu, embah ini warungnya kecil, untungnya dikit, malah kamu embat, sekarang kamu boleh pergi, tapi inget, kalau sampek ada uang embah lagi yg hilang, embah nggak segen2 laporin kamu ke kantor polisi!" Kata ibu akhirnya.

"Iya mbah, ampun.. nggak lagi2 saya.."

Bondipun aku lepaskan, dengan terhuyung ia bergegas keluar. Semenjak kejadian itu ibu tak pernah lagi kehilangan uang. Bondi rupanya betul2 kapok, bahkan ibu bilang remaja itu sudah tak berani menongolkan wajahnya lagi.

S e k i a n. 

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment

Previous Post Next Post