Menembus Separuh Kabut Gaib



Adun sadar dalam tidurnya, tapi sungguh aneh, ia tak mampu menggerakkan badannya, ia pasti tindihan pikirnya. Dicobanya membaca ayat-ayat suci agar tersadar, namun tetap saja tak mampu gerakkan badannya. Suasana hening, pertanda hari masih malam, ia mulai merasakan kecemasan, karena dalam keadaan tak berdaya begitu, indera ditubuhnya seakan mampu merasakan segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya.

Dan sesuatu itu ia tahu bergerak masuk dari pintu, tubuhnya besar, melangkah perlahan, berdiri tepat di samping ranjang Adun tidur. Ketakutan mendadak muncul tanpa diminta. Apa itu? Entah bagaimana, tiba-tiba muncul gambaran wajah tetangganya, Pak Yitno, dalam bayangannya lelaki itu tengah bersila di suatu ruangan, dibelakangnya sesosok makhluk tinggi besar berbulu lebat berdiri diam. Uhh.. Adun mengeluh. Apakah Pak Yitno memiliki peliharaan makhluk gaib? Dan, saat ini makhluk itu mengunjunginya?

Kukuruyuk!

Kokok ayam membuyarkan kekakuan yang cukup lama membelenggu tubuh si pemuda. Dengan nafas tersengal dia bangun. Kosong. Tak ada apapun di kamarnya. Murni mimpikah dia?

Sedikit lemas ia bangkit dari tidurnya, mendekat ke arah meja, diatasnya terdapat secarik kertas bertuliskan kalimat-kalimat doa.

Kertas itu ia dapat dari ayah seorang kawan akrabnya. "Bacalah tiap-tiap hari sebanyak 100 kali selama satu minggu, akan sangat bermanfaat buat bekal hidupmu kelak," ucap lelaki paruh baya itu. Saat itu ia memang begitu bersemangat, sungguh-sungguh diamalkannya apa yang disampaikan ayah kawannya. Tapi kenapa dia jadi begini? Ada perasaan kecemasan yang ia rasakan. Dan yang dialaminya barusan bukan kejadian yang pertama, hampir satu minggu ini acapkali ia tidur selalu mengigau dan tindihan, merasakan kehadiran makhluk-makhluk gaib disekitarnya.

Cukup lama Adun memegangi kertas, sampai akhirnya ia memutuskan untuk mengembalikan kertas tersebut. Ya, ada baiknya ditemuimya kembali ayah kawannya, tak mau ia selalu di cekam ketakutan semacam ini.

Setelahnya diambilnya handuk, ada baiknya ia membersihkan diri, lagipula waktu sudah mendekati fajar.

Siangnya berbekal motor butut peninggalan orang tua, Adun melaju menuju tempat tinggal kawannya, kurang lebih perjalanan setengah jam sampailah ia ditempat tujuan.

Sesaat ia pandangi rumah kawannya begitu matikan mesin motor. Rumah permanen dengan gaya modern, tapi herannya, beberapa hari lalu saat ia tidur, mimpinya membawa ketempat ini, yang ia lihat bukan rumah, melainkan semacam bangunan candi tempat peribadatan, benar-benar aneh.

Cukup sekali Adun mengucapkan salam, pintu terbuka, yang muncul rekan sekolahnya, si Adi.

Kawannya itu kembangkan senyum, "Woi Dun, lama tak kemari, ayo masuk-masuk."

Memanglah harus diakui, Adi orangnya sangat ramah, tak sekalipun ia tampakkan sikap tak suka meski bolak balik sering ia menumpang menginap dirumah itu.

Begitu masuk, Adi langsung kebelakang, Adun tahu, kawannya pasti sibuk membuatkan minum untuknya. Dan benar saja, tak lama Adi muncul kembali dengan dua gelas kopi diatas nampan.

"Ayo Dun, diminum."

Tanpa canggung Adun menyeruput kopinya, dan mulai ngobrol dengan rekannya itu, baik persoalan pelajaran sekolah ataupun hal lain. Sampai saat dirasa tepat Adun menanyakan keberadaan ayah kawannya.

"Ayahmu ada Di?"

"Ada, lagi dibelakang, kenapa rupanya?"

"Tak mengapa, tapi ada sedikit yang ingin kutanyakan dengan ayahmu." jawab Adun.

Adi mengangguk, "Baiklah, sebentar kupanggilkan." Pemuda itu kemudian bangkit dan menuju ruang belakang.

Tak berapa lama dari belakang muncul seorang lelaki paruh baya mengenakan peci hitam, kumis tipis menghias wajahnya. Sendirian. Ia tak melihat Adi. Apakah ayahnya yang memintanya tetap di belakang?

"Dah lama Dun?" tanya lelaki itu. Adun dengan hormat bangkit menyalami.

"Belum Pak, baru sekitar lima belas menit."

Setelah duduk lelaki itu tampak mengamati wajah Adun, "Kenapa wajahmu? Kulihat menyimpan kecemasan?"

Tak langsung menjawab, Adun mengeluarkan selembar kertas dari saku bajunya, menaruhnya diatas meja, "Perihal ini Pak?"

Ayah Adi mengambil kertas itu, termenung. Agak lama suasana hening, beberapa lama kemudian kembali di tatapnya wajah Adun, "Ceritakanlah."

Menuruti perintah, Adun mulai bercerita, ia tuturkan betapa tekun di amalkan kalimat doa yang ada pada kertas, tapi herannya semenjak itu ia merasa indera tubuhnya menjadi sensitif, dapat merasakan hal-hal gaib yang ada disekitarnya, terutama kala tertidur. Selain itu, acapkali muncul ketakutan serta kecemasan yang tak dikehendaki, seakan-akan ada sesuatu yang tak berwujud mengancam keselamatannya.

Selama ia bertutur, lelaki paruh baya dihadapannya hanya mengangguk-angguk.

"Demikianlah Pak, saya bingung apa yang harus saya lakukan, karena itu saya kemari, maksud saya mengobati takut dan cemas yang saya alami."

Ayah Adi yang bernama Pak Asan kembali memandangi kertas yang ada ditangannya, kejap lain ia pandangi wajah Adun.

"Kau terlalu terbawa dengan perasaanmu Dun."

"Maksudnya Pak?"

"Maksudku, perasaan takut dan cemas itu, kau terlalu terbawa dengan rasa itu, hingga makin lama makin menguat, menimbulkan kegelisahan, seandainya engkau acuhkan, sebenarnya rasa takut dan cemas akan berubah menjadi berani, berani menghadapi sesuatu di luar realitas."

"Jadi apa yang harus saya lakukan Pak?" tanya Adun bingung.

"Tak ada."

"Tak ada? Maksudnya Pak?"

"Ya tak ada, kau sudah kembalikan kertas ini padaku, sebagian amalan sudah kau miliki walau tak sepenuhnya, jangan khawatirkan kecemasan itu, begitu kau pulang, tak nanti akan kau alami mimpi-mimpi buruk dan kecemasan-kecemasan seperti sebelumnya." jelas Pak Asan.

Adun terdiam merenungi ucapan si lelaki paruh baya dihadapannya. Memang semenjak dia kembalikan kertas amalan itu, tak lagi di alaminya mimpi-mimpi aneh, rasa takut dan cemaspun hilang begitu saja, tapi satu hal yang dipikirkan pemuda itu adalah, bagaimana kalau ia tak kembalikan kertas amalan itu dan tetap bertahan dalam ketakutan dan kecemasan? Apakah ia akan mampu menembus kabut gaib?

Sekian.

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment

Previous Post Next Post