ELIANA - Kelelawar Hantu


Rumah terbuat dari anyaman bambu yang terletak di sebuah hutan tampak berdiri sendirian. Siapapun penghuninya jelas memiliki mental keberanian yang kuat. Apalagi kala larut malam seperti saat ini.

Di ruang depan rumah, cahaya yang menerangi hanyalah lampu dian. Lantai ruang itu beralaskan tikar pandan. Satu sosok tubuh tengah berdiam di atas tikar, memandangi dengan tekun benda yang ada di depannya.

“Bongkok! Kemarilah!” Seru sosok tubuh itu yang ternyata seorang nenek berwajah keriput dan tengah duduk besila menghadap sebuah benda di depannya yang berupa baskom berisi air.

Dari dalam terdengar suara menyahut. “Iya Nyi, aku datang.”

Tak lama muncul seorang lelaki berkulit hitam yang memiliki semacam punuk di punggungnya.

“Ada apa Nyi?” Tanya lelaki itu begitu tiba di dekat nenek yang memanggilnya.

“Kau lihatlah, lihat baik-baik air di dalam baskom ini.” Perintah si nenek sembari menudingkin telunjuknya ke arah baskom.

Si bongkok memandang air yang ada dalam baskom. Samar permukaan air memperlihatkan pemandangan di suatu tempat. Semakin lama gambaran yang ada di dalam permukaan air semakin jelas. Dilihatnya tiga sosok manusia, satu perempuan dan dua lelaki. Tiga sosok yang dilihatnya sedang duduk di depan teras sebuah rumah.

“Aku melihatnya Nyi, tiga sosok manusia, tapi apa maksudmu memperlihatkan ini padaku?”

“Huh, kau masih saja bodoh! Tidakkah kau merasakan mereka memiliki energi yang tak biasa! Mereka berbahaya Bongkok!” semprot si nenek.

Lelaki bongkok termangu. “Maksudmu berbahaya buat kita Nyi?”

Si nenek keriput bangkit dari duduknya, mengambil sebuah tongkat kayu yang tersandar di dinding.

“Benar, aku takut mereka mengetahui keberadaan kita, kau harus mengambil tindakan Bongkok!”

Kepala pemuda bongkok mengangguk, seakan memahami maksud si nenek tua. “Malam ini?”

Tuk! Tongkat di tangan si nenek memukul kepala si bongkok.

“Terserahmulah!” sehabis menyembur, ia melangkah ke ruang dalam.

Walau tak mengaduh, si bongkok mengusap-usap kepalanya yang sehabis di pukul tongkat. Setelah tubuh si nenek tak kelihatan, pemuda itu melangkah menuju pintu keluar, di bukanya gagang pintu. Sebersit angin dingin menghembus masuk ke dalam.

Suasana pekat tak mengendurkan langkah si pemuda, kakinya seakan telah akrab dengan tempat itu. Ia terus melangkah, hingga tiba di batas pinggir hutan. Nun jauh disana, dlihatnya kerlip cahaya yang berasal dari rumah-rumah penduduk desa. Si bongkok menghentikan langkah. Sesaat kemudian ia mengambil sikap membungkuk, dua tangan dan lututnya menyentuh tanah.

Entah ilmu setan apa yang dimiliki pemuda itu, karena tak lama berselang perubahan terjadi, wajah si pemuda perlahan berubah mengerikan, dengan moncong yang agak menonjol dan gigi-gigi yang dihiasi dengan taring. Begitupula badannya, punuk di punggungnya bergerak-gerak, pakaian yang dikenakannya sobek, sesuatu keluar dar punggung si pemuda, memanjang berwarna coklat kehitaman. Sayap!

Berselang beberapa menit kemudian, si bongkok berdiri. Namun yang terlihat bukan si pemuda yang sebelumnya, melainkan sesosok makhluk seram yang menyerupai kelelawar raksasa.

Khakhh!

Terdengar suara keras saat moncongnya terrbuka. Makhluk itu membentangkan sayap, mengibas, dan sosoknya meluncur ke atas langit.

Di serambi sebuah rumah, dua orang pemuda dan seorang gadis tengah asyik mengobrol. Meraka tak lain Eliana, Arga, dan Ryan. Eliana adala seorang gadis pemberani yang memiliki kemampuan supranatural yang cukup tinggi, begitu juga Arga. Di ajak Arga sahabatnya mengunjungi rumah kakeknya, Eliana mengambil cuti sementara dari kantor tempatnya bekerja. Dan walau mengalami sedikit rintangan, sampai juga akhirnya mereka di kediaman kakek si Arga siang tadi.

Kakek si Arga rupanya orang kaya di desa itu, karena memiliki banyak tanah garapan, rumahnyapun terbilang besar.

“Sudah mengantuk Yan?” Tanya Arga pada temannya yang terlihat menguap.

Ryan tersenyum malu, “Iya, apa kalian belum mengantuk?”

“Kalau aku belum, tak tahu kalau Eliana?” ucap Arga seraya melirik si gadis.

Yang disebut namanya menoleh, “Biasanya sudah, tapi entah mengapa, malam ini suasananya beda, aku belum merasa mengantuk.”

“Baiklah, kalau begitu aku pamit tidur duluan ya, terus terang mataku sudah tak kuat ini,” ucap Ryan. Tanpa menunggu balasan pemuda itu bangkit dari tidurnya, dan ngeloyor masuk ke dalam rumah.

Diatas langit, sosok makhluk bersayap merendahkan terbangnya. Dengan instingnya yang tajam, ia dapat mengetahui letak rumah yang tergambar di baskom tadi.

Matanya yang tajam dapat melihat dari kejauhan dua sosok pemuda yang tengah duduk di serambi rumah. Makhluk itu segera turun dan hinggap di atas sebuah pohon besar.

Di serambi, saat Arga dan Eliana meneruskan obrolan mereka, mendadak si gadis bangkit dari duduknya, matanya awas kearah satu titik. Meliha kawan bicaranya bediri, Argapun ikutan berdiri. “Ada apa Eliana?”

Si gadis cantik yang berambut pirang itu menjawab tanpa berpaling. “Aku melihatnya Arga, sesuatu melayang dari udara dan turun di pohon sana.”

Si pemuda memandang kearah yang dimaksud sigadis, tapi gelapnya malam tak membuat matanya menemukan sesuatu. “Eh, apa yang kau lihat?”

“Entahlah, semacam burung, cukup besar, tapi kurasakan aura gaib yang kuat.”

Arga tahu kelebihan gadis yang bersamanya itu, Eliana memiliki mata yang spesial mampu menembus dimensi gaib tanpa mengeluarkan kemampuan, berbeda dengan dirinya. Oleh karenanya ia kembali mengedarkan pandangan, ia buka mata batinnya. Kini di satu titik ia rasakan aura gaib yang cukup kuat.

“Aku merasakannya Liana, apakah kita akan memeriksa?” ajak si pemuda.

Si gadis menoleh, “Ayolah, mungkin ini sebabnya mataku dari tadi belum mengantuk.”

Mereka berdua melangkah cepat kearah depan, menuju aura gaib yang mereka rasakan.

Di atas pohon, si makhluk bertubuh kelelawar jelmaan si pemuda bongkok merasa heran ketika dua orang yang tengah diamatinya menuju kearahnya. Ia mengepakkan sayapnya, terbang ke udara dan menyambut kedatangan Arga dan Eliana.

“Dia muncul Arga, berhati-hatilah,” ucap Eliana saat dari arah depan meluncur sesosok makhluk yang melayang diudara.

Sigap Arga mengangguk, ia menghentikan langkah dan siap menunggu kedatangan makhluk.

Rupanya makhluk yang mereka lihat memang berniat buruk, terbukti begitu sampai langsung menerjang Eliana yang berada di sebelah depan dengan mengeluarkan suara pekik yang mengerikan.

Eliana melompat ke samping menghindari serangan.

Melihat kawannya diserang , Arga memburu, tangannya melontakkan sebuah pukulan gaib.

Buk!

Keras pukulan itu mengenai si makhluk, pekik sakit terdengar. Makhluk besar yang berwujud sosok kelelawar itu berbalik menyerang si pemuda. Dua cakar mementang siap merobek tubuh lawan.

Kaget melihat si makhluk tidak rubuh terkena pukulannya, Arga kembali lontarkan sebuah pukulan.

Buk!

Sekalipun terhantam, rupanya nafsu membunuh makhluk itu lebih besar dari rasa sakit yan ia rasa, karena nyatanya serangannya tetap melaju kearah Arga.

Si pemuda melompat berguling.

Kemarahan si kelelawar jelmaan makin menjadi serangannya kembali gagal mengenai calon mangsa, ia memekik keras, dua sayapnya mengepak, mengeluarkan angin berbau busuk.

Eliana yang melihat Arga di desak, mementangkan telapak tangan, hawa panas menguar dari telapaknya. Kemudian dengan cepat tubuh rampingnya menerjang kedepan.

Splash! Akhhh!

Jerit kesakitan keluar dari mulut makhluk kelelawar.

Tubuh makhluk itu terhuyung. Pukulan berhawa panas yang keluar dari telapak tangan Eliana membuatnya sangat kesakitan. Ia mengepakkan sayapnya, bukan untuk menyerang, tubuh makhluk itu naik ke atas, melesat keudara, meninggalkan dua pemuda yang menjadi lawannya.

Eliana berdiri mematung, tak mungkin mengejar, pikirnya.

Bersambung... 

Baca SERIAL ELIANA Lainnya

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment

Previous Post Next Post