Pelajaran Buat Kera yang Nakal



Disebuah hutan, musim kemarau panjang tengah melanda, banyak sumber air yang mengering, pepohonanpun banyak yang mati kepanasan. Hewan penghuni hutan kebingungan mencari tempat minum, akibatnya banyak pula hewan yang mati kehausan dan kepanasan.

Agak di tengah hutan, ada sebuah sungai besar, di musim hujan, air di sungai itu melimpah ruah, tapi di musim kemarau panjang ini, sungai itupun mengering, hanya tersisa sedikit genangan air bercampur lumpur. Kendati demikian, sungai itu masih diandalkan hewan-hewan untuk minum, bahkan menjadi tempat utama untuk mencari minum, karena di tempat lain, air telah mengering.

Hewan air yang masih bertahan hidup di sungai tersebut adalah kawanan buaya dan beberapa ekor kuda nil, itupun mereka harus membiarkan sebagian tubuhnya tersengat panas, karena saking keringnya air sungai.

***

Hari itu, panas mentari tetap menyengat, sekelompok hewan memilih untuk mencari perlindungan di bawah pepohonan, dan sebagian lain tampak mondar-mandir mencari makan. Di satu tempat tak jauh dari pinggir sungai, seekor harimau belang mengendap-endap di balik semak, matanya awas memandangi seekor anak rusa yang tengah asyik merumput, tanpa sadar ada bahaya yang mengancam. Harimau itu dengan perlahan mendekati mangsanya, seakan khawatir mangsanya akan lolos, saat di rasa jarak sudah dekat, tanpa peringatan harimau itu langsung menerkam…

Haumm!

Gerengan harimau menyadarkan anak rusa akan bahaya, ia berbalik, tapi terlambat, harimau lebih cepat menerkam, tak ada teriakan karena sang harimau langsung menggigit leher rusa dengan buas, kemudian harimaupun menyantap buruannya dengan tenang. Di belakang sang raja hutan, beberapa ekor hyena mendekat, rupanya mereka hendak mencari kesempatan minta bagian, dan memang saat harimau sibuk makan, beberapa ekor hyena itupun mencuri-curi ikut ambil bagian jatah makan, dan akhirnya sang harimau terusik dengan ulah para hyena kelaparan itu, ia mengaum, dan bergerak hendak menerkam, tak mau jadi korban para hyena melompat menghindar, tapi si harimau sudah merasa jengkel, ia tetap memburu meninggalkan bangkai rusa buruannya saat para hyena lari kearah semak-semak.Di lain pihak, dari arah semak-semak lain muncul pula seekor srigala, hidungnya yang tajam langsung dapat membaui bangkai rusa, dan saat melihat bangkai rusa tergeletak begitu saja tanpa ada yang mengurusi, ia merasa seperti mendapat rejeki nomplok, langsung saja ia mendekati bangkai tersebut, sebentar tengok kiri dan kanan, kemudian ia seret bangkai rusa dan di bawanya mrnghilang di balik semak-semak.

Memang demikianlah para hewan pemangsa, mereka selalu berlomba untuk mencari mangsa dari jenis hewan sebagai santapannya, ada yang mampu mencari makan sendirian seperti harimau si raja hutan, atau menggunakan cara licik dengan berkelompok seperti kawanan hyena.

Semua kejadian itu menjadi tontonan kawanan kera yang memang tinggal dipinggir sungai, seekor kera kecil yang sejak tadi serius menyaksikan kejadian tersebut tertawa-tawa girang sambil tepuk-tepukan tangan. Apa yang barusan dilihatnya sangat menyenangkan baginya, sebuah tontonan seru yang jarang-jarang pula ia saksikan, oleh sebab itu ia kegirangan, belumlah ia tahu, bahwa hewan sejenisnyapun bisa jadi menjadi mangsa hewan pemburu seandainya lengah.

Si kera kecil itu baru berhenti tertawa mengekeh,saat ada teriakan memanggilnya, rupanya si ibu kera yang memanggil, ia segera mengampiri ibunya dan duduk-duduk di depannya.

"Sudah berapa kali ibu bilang jangan bermain-main dekat sungai tempat kawanan buaya, bahaya!” tegur ibunya.

Si kera kecil cuek dengan ucapan ibunya malah ia asyik memain-mainkan sebatang rumput untuk mengorek-ngorek telinganya. Berulangkali ibunya menasihatinya demikian, membuat ia menjadi malas untuk mendengarnya, toh selama ini sekalipun ia bermain di pinggir sungai dekat kawanan buaya, tak ada bahaya yang mengancam dirinya.

Malam harinya, saat hewan-hewan beristirahat, begitu pula dengan kawanan monyet. Induk monyet tinggal di sebatang pohon agak jauh dari pinggir sungai, seperti biasa sebelum tidur ia selalu bercerita pada anak-anaknya, kali itupun ia tengah bercerita, ia menceritakan bahayanya bermain di sungai dekat kawanan buaya, karena walau buaya tampak diam saat di sungai, tapi buaya ada lah makhluk yang berbahaya, karena seperti harimau, buaya juga gemar memangsa hewan lain.

“Lihat kera tua pincang itu, dulu kera itu waktu mudanya adalah kera yang sangat kuat dan berani, ia sangat pandai berlompatan dari satu batang pohon kebatang pohon lain dengan cepat dan gesitnya, namun lihatlah keaadannya sekarang, kakinya pincang karena ia kurang hati-hati saat mengambil minum,  hingga kakinya tersambar dan tergigit buaya, itulah sebabnya mengapa Ibu selalu memarahi kalian kalau bermain terlalu dekat dengan kawanan buaya”ucap induk kera mengakhiri ceritanya sambil menunjuk seekor kera yang tengah berjalan terpincang-pincang dibawah pohon.

Anak-anak kera yang lain mengangguk-angguk mendengar ucapan ibunya, sedang si kera usil tak mendengar karena sedari tadi sudah pulas tidur karena terlalu capeknya ia, sehabis bermain seharian.

Esoknya seperti biasa si kera usil di luar pengawasan induknya kembali bermain-main di dekat sungai, matanya memperhatikan kearah kawanan buaya yang berjejer seperti tumpukan kayu, ah, ia berpikir tentu asyik bila bermain-main diatas punggung buaya itu. Lalu si kera usil mendekati sungai, dan ternyata buaya-buaya itu tetap diam, dia tersenyum, rupanya ibunya mengelabui saat mengatakan buaya hewan berbahaya. Lantas ia naik keatas punggung buaya, melompat-lompat dengan asyiknya, tapi tiba-tiba seekor buaya bergerak menyambar, si kera kecil terkejut, ia melompat tapi tak sempat, ujung moncong buaya mencengkeram kepalanya. Ia berkutat sambil berteriak-teriak ketakutan, kera-kera lain berteriak ketika melihat kejadian itu, ibu buaya kaget saat ia tahu yang berada si ujung moncong buaya itu anaknya, tapi tentu ia tak berani mendekat karena tahu bahayanya. Si kera kecil terus berkutat menarik-narik kepalanya dari moncong buaya, ia mulai merasa pening dan kepalanya sudah mulai berdarah.

Dari pinggir sungai si induk kera mengambil beberapa batu dan melempari tubuh si buaya, tindakannya itu di ikuti oleh beberapa kera lain. Merasa tubuhnya sakit kena lemparan batu, akhiranya si buaya terpaksa melepaskan calon mangsanya, begitu lolos dari maut si kera usil segera berlari kepinggir, sambil memegangi kepalanya yang sakit.

Ibu kera segera berlari menghampiri anaknya, dengan penuh kasih sayang segera dipeluk dan dibopongnya. Kera kecil tampak berurai air mata dengan wajah pucat pasi, sedikit darah mengalir dari kepalanya bekas tergigit buaya. Si Ibu kera mengusap-usap lembut, untunglah lukanya tak seberapa.

“Ibu juga bilang apa, buaya itu hewan berbahaya nak, lain kali jangan bermain dekat buaya ya,” ucap ibunya lembut sambil mengusap kepala anaknya. Si kera usil mengangguk-angguk sambil tersengguk-sengguk menangis, dalam hati ia berjanji untuk mematuhi nasehat ibunya.

Sekian. 

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment

Previous Post Next Post