Sudah Jatuh Tertusuk Kaca


Ada-ada saja ulah si Irwan, anak yang baru berumur sembilan tahun itu selalu membuat ulah yang membuat kedua orang tuanya harus super sabar. Irwan memang anak yang terlalu manja, ia selalu beranggapan kedua orang tuanya tidak akan menyalahkan semua perilakunya.

Satu kali pernah ia mengubar-ubar kodok diselokan, pulang-pulang bajunya sudah belepotan dan baunya minta ampun, dilain saat ia mengubar-ubar capung sampai menginjak-injak tanaman sayur-sayuran milik tetangganya, ibunya lagi yang harus minta maaf, untung tetangga samping rumahnya dapat memaklumi ulah si Irwan. Pernah juga si Irwan ngambek karena dimarahin orang tuanya akibat pulang kesorean, bukannya menyadari kesalahannya si Irwan bahkan kabur dari rumah, kelabakan orang tuanya mencari, sedang Irwan setelah capek mutar-mutar di kampungya akhirnya menyelinap kembali kerumah kemudian tidur dikamarnya.

Hari itu Irwan bangun agak siang, sekolah libur karena tanggal merah, ibunyapun tak membangunkan, ia tahu adat Irwan, kalau pas hari libur begini dibangunkan terlalu pagi, jelas Irwan bakal ngamuk mengomeli ibunya.

Selesai sarapan, ia langsung kembali ke kamarnya, diambilnya peralatan gambarnya, ada buku gambar dan beberapa spidol, lantas tanpa perlu mandi ia segera membawa peralatannya kedepan rumah. Ada sebuah tempat duduk terbuat dari bata dan semen di depan rumah, dibuat ayahnya untuk bersantai di sore hari, tapi hari itu Irwan menggunakan tempat itu sebagai tempat meluahkan inspirasi, itu menurutnya, karena tak lama kemudian begitu asyiknya ia berkutat dengan spidol dan buku gambar bak seorang seniman kenamaan, padahal yang dilakukannya cuman membuat coret-coretan tak karuan dibuku gambarnya.

Lagi serius menuangkan imajinasinya lewatlah Mas Karyo didepan rumah, rupanya lelaki berumur 30 an itu tertarik dengan kegiatan yang dilakukan Irwan. "Wuihh lagi nggambar apa Wan?" tanya mas Karyo. Irwan yang ditegur pura-pura tak mendengar bahkan makin di buat-buat gayanya dengan mematut-matutkan coretannya dengan pemandangan disekitar rumahnya. Mas Karyo tersenyum melihat ulah Irwan dan melanjutkan langkahnya.

Tak lama muncul Uwi dan Udin, dua kakak beradik yang kemana-mana selalu bersama. Melihat Irwan yang lagi sibuk menggambar mereka segera mendekati, "Hadeeh nggambar apa tu Wan, macam benang ruwet begitu!?" seloroh Uwi. Irwan jengkel gambarnya diejek, "Alah sok tahu kau Wi! Ini nih yang namanya gambar abstrak, hanya orang-orang tertentu yang tahu keindahan seninya," balas Irwan dengan nada sombong.

Uwi dan Udin tertawa, "Sejak kapan kau tahu seni Wan, sudahlah ayok main bersama kami, ada permainan seru kami tawarkan, kau pasti tertarik," ajak Uwi kemudian.

Irwan menghentikan aksinya dan menoleh, "Memangnya permainan apaan!?"

"Kau tahu, disamping rumah kami banyak pohon talas, nah gimana kalau kita lomba banyak-banyakan mencabuti pohon talas itu, yang berhasil mencabuti pohon-pohon talas paling banyak, berarti dialah pemenangnya" ujar Uwi menjelaskan.

Irwan tertarik mendengarnya, "Memang nggak ada yang punya pohon-pohon itu?" tanyanya.

"Memang kebunnya punya Mak Iyem, tapi kalau pohon-pohon talas begitu dimana-mana juga tumbuh, ayolah buruan kita kesana," ajak Uwi tak sabaran.

"Baiklah, tunggu!" jawab Irwan, ia segera memberesi peralatan gambarnya, berlari masuk kerumah, melempar begitu saja segala peralatan gambarnya di atas ranjang dan berlari lagi keluar, tanpa pamit pada ibunya ia segera mengikuti dua kawannya.

Rumah Uwi tak seberapa jauh dari rumahnya, sebentar saja mereka sudah ada di kebun samping rumah Uwi. Memamg benar yang diucapkan Uwi, banyak sekali tumbuh pohon talas di sana, tumbuhnya tak teratur, ya jelas pohon-pohon itu tumbuh sendiri tak ditanam. Tak lama mereka sibuk berlomba-lomba mencabuti pohon-pohon itu, sungguh gembira rasa hati Irwan, setelah dihitung ialah yang paling banyak mencabuti pohon talas tersebut. Setelah puas mereka tinggalkan saja talas-talas yang telah mereka cabut itu dikebun, dan dengan bangga Irwan akhirnya pulang kerumah.

Siangnya Mak Iyem si pemilik kebun talas datang kerumah, ia melaporkan kelakuan Irwan bersama rekan-rekannya, dan minta ganti kerugian atas perbuatan Irwan, ibunyapun terpaksa mengganti kerugian Mak Iyem. Nasihat memang diterima oleh Irwan, tapi dia memberengut kesal, masak pohon talas kebun begituan aja minta ganti, terlalu banget Mak Iyem! Kecamnya dalam hati. Karena jengkel, yang semula ia berniat untuk ngeluyur lagi maen keluar diurungkannya, Irwan lantas kembali masuk kamar dan tidur.

Bangun agak sore hidung Irwan mencium aroma lezat dari dapur, ia segera menengok kedapur dibelakang, sang ibu sedang membuat kue bolu kesukaannya, mata Irwan berbinar, segera ia comot beberapa, ia makan dengan penuh nikmat, kurang puas ia ambil lagi beberapa potong dan membawanya keluar.

Selagi ia makan kue diberanda rumah dilihatnya kawannya si Wempi lewat, "Hei Wem sini!" panggilnya. Wempi segera menghampiri Irwan, "Lagi makan apaan tu Wan?" tanya Wempi.

"Ini nih kue terlezat didunia bikinan ibuku, kau mau!?" jawab Irwan dan menawari Wempi.

Wempi yang melihat bolu ditangan Irwan tertarik juga, segera ia manggut-manggut.

"Boleh saja kau menikmati kueku, tapi jangan disini, kita harus cari tempat yang tepat untuk makan kue-kue ini," ucap Irwan.

"Terus dimana?"tanya Wempi lagi.

Irwan menoleh kesana kemari, matanya tertambat pada pohon singkong karet yang ada disamping rumah, "Disana!" tunjuknya. Wempi menoleh, "Apa enaknya makan kue diatas pohon singkong?"

"Ah kau ini, mau kuenya tidak!?" tukas Irwan.

"Baik-baik ayolah" jawab Wempi tak kuasa menolak, karena sudah tergiur dengan kue bolu di tangan Irwan

Merekapun lantas bergegas menghampiri pohon singkong karet yang dimaksud. Pohon itu cukup tinggi dan batangnya besar, tak lama mereka sudah nangkring diatas pohon. Irwn menyodorkan sepotong pada Wempi, "Makanlah pelan-pelan, kau rasakan lezat cita rasanya," kata Irwan dengan nada tinggi.

Merekapun asyik menyantap kue itu sambil tertawa-tawa, selagi asyik makan sambil berkelakar, tiba-tiba...

Krak!

Batang pohon yang diduduki Irwan patah, tak ayal tubuhnya jatuh kebawah. "Aduhh!" teriaknya.

Wempi segera turun, "Kau tak apa Wan!?"


"Aduh.. duhh! Kakiku!" rintih Irwan kesakitan.

Wempi melihat kaki Irwan, kaki kawannya itu tampak berlumuran darah, rupanya waktu jatuh kaki Irwan tepat membentur potongan kaca, kini kakinya tampak berlumuran darah, dengan panik Wempi mengangkat tubuh kawannya, "Bagaimana Wan!? Kau bisa jalan!?" tanyanya.

"Aduh..duh! Kakiku sakit Wem!" teriaknya lagi.

Wempi pun menuntun Irwan pulang kerumah. Ibunya kaget melihat keadaan puteranya, ia cepat mencari tukang becak untuk membawa Irwan berobat. Kaki Irwan yang sobek akibat terkena kaca terpaksa harus dijahit. Dan ia harus mendekam dirumah sampai kakinya sembuh.

"Makanya Wan, kalau main hati-hati, ibukan sudah bilang berkali-kali.." ucap ibunya sambil mengusap-suap kepala Irwan.

Irwan memeluk ibunya sambil terisak-isak, ia menyesal sudah sering membuat khawatir ibunya selama ini, ibu yang selalu memperhatikan dan menyayanginya.

Sekian.

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment

Previous Post Next Post