Misteri Hantu Tukang Bakso




Jam baru menunjukkan pukul sembilan malam, tapi suasananya sangat mencekam. Hujan memang mulai mereda, tapi kilat menyambar-nyambar hebat, diiringi suara petir sahut menyahut.

Glegar!

Bunyi yang amat keras itu mengagetkan Anto yang sedang menunggu warung di depan rumahnya, apalagi sesaat sebelum bunyi petir, sinar putih menyilaukan membaluri tiang listrik tak jauh di samping warungnya.

Sambil merutuk pemuda itu bersembunyi di balik pintu. Cukup lama ia meringkuk, sampai dirasanya amukan alam mulai mereda, ditengoknya suasana luar warung, hujan tinggal rintiknya saja. Baru saja ia kembali duduk di kursi tempat ia mendekam sebelum serangan petir, tiba-tiba lampu listrik padam.

Oh, sempurna sudah! Dengan meraba-raba segera dicarinya korek, setelah ketemu dinyalakannya sebuah lilin.

Melihat kondisi yang tak mendukung, Anto mulai berpikir untuk menutup warung lebih cepat dari biasanya.

Ting! Ting! Ting! Suara ciri khas tukang bakso terdengar, dilongokkan kepala Anto keluar. Heran? Tak dilihatnya ada tukang bakso lewat.

Agak bergidik ia, maka dengan cepat diputuskannya untuk menutup warung, namun baru sesaat ia membenahi barang dagangan, satu suara memanggil. "Beli Bang."

Anto melihat asal suara, seorang lelaki dengan tubuh basah kuyup ada di depan warung.

"Beli apa Mas?" tanya Anto.

"Lilin." jawab lelaki itu.

Dengan cekatan Anto melayani si pembeli, dan melanjutkan menutup warung saat lelaki yang membeli lilin itu pergi.

Tak ada pikiran aneh di benak si pemuda malam itu, hanya satu yang disesalkannya, harus menutup warung lebih cepat dari biasanya karena listrik mati.

Paginya pemuda itu seperti kuliah, karena ia memang masih menempuh studi di salah satu Universitas Negeri di kotanya.

Siangnya begitu pulang kuliah, sehabis ganti pakaian dan saat menyantap makan siang yang disediakan ibunya, barulah didengarnya ada kejadian aneh dari mulut sang ibu.

"Semalam Tok, apa kau tak tahu?"

"Tahu apa Bu?" balik tanya si pemuda.

"Itu loh, si Agus melihat hantu."

Dahi Anto yang lagi mengunyah nasi mengerut. "Hantu Bu? Hantu apaan?"

"Hantu Tukang Bakso katanya," jawab ibunya lagi.

Anto tambah bingung, apakah suara yang semalam didengarnya?

"Bagaimana disebut hantu Bu?" tanya Anto lagi.

Ibunya yang sudah berumur separuh baya itu angkat bahu, "Entahlah, cuma yang kudengar si Agus melihat gerobak tukang bakso, tapi gak ada penjualnya, gitulah kira-kira, kalau kau penasaran cobalah tanya ke si Agus Tok," pungkas ibunya.

Pemuda itu mengangguk-angguk, otaknya coba berfikir, tapi fikirannya tampak kacau. Baiklah, biar nanti coba ia dengar langsung dari mulut si Agus.

Maka selesai menyantap makan siang, Anto bergegas kerumah si Agus berjalan kaki, karena rumah tetangganya itu hanya melewati dua rumah dari rumahnya.

Umur si Agus lebih muda, tapi sudah berkeluarga, sama dengan keluarganya, orang tua si Agus membuka warung didepan rumah, yang kini di kelola si Agus untuk menafkahi anak isterinya.

Sesampai di rumah kawannya itu, tampak si Agus sedang sibuk membuat sebuah aquarium. Salut Anto dengan pemuda itu, karena tangannya sangat cekatan, pandai membuat segala macam benda yang laku di jual.

"Sibuk Gus?" Sapa Anto dengan senyum mengembang.

"Ah biasalah, nyari-nyari kesibukan," jawab Agus. "Tumben maen Tok, biasanya sudah sibuk di depan laptop," lanjut Agus menggoda Anto sembari nyengir.

"Iya Gus, barusan tadi aku mendengar cerita menarik dari ibuku, " ujar Anto dan duduk di kursi panjang terbuat dari bambu tanpa di tawari.

"Apaan tu?" tanya si Agus, pemuda itu menghentikan kerjanya, mengambil sebatang rokok, menyalakannya dan duduk dibangku yang sama dengan Anto.

Anto dengan gaya yang di buat-buat menoleh ke kiri dan kekanan, "Persoalan Hantu Tukang Bakso Gus... " bisiknya kemudian.

Agus tampak terkejut, tangannya reflek mengambil gelas kopi yang terletak di meja dan menegukknya, raut wajahnya membersitkan rasa takut yang tak dapat di tutupi.

"Ah kau Tok, kenapa bahas soal itu?"

Anto memang tahu Agus penakut, tapi tak dinyananya ekspresi kawannya akan seperti itu.

Pemuda itu kemudian tersenyum, "Bukan begitu Gus, soalnya aku penasaran, cobalah kau ceritakan padaku tentang hantu itu." bujuknya.

Cukup lama Agus terdiam, dia seakan tengah menimbang-nimbang untuk menceritakan atau tidak pengalaman yang dirasanya mistis itu. Tapi akhirnya mulutnya bersuara, "Kau tahu semalamkan hujan Tok?"

Anto mengangguk, "Benar, hujan cukup lebat, bahkan kilat dan petir tak berhenti-henti."

"Nah pas habis itu kejadiannya Tok, waktu hujan mulai reda dan kilat petir juga sudah tak terdengar, pas itukan mati lampu." tutur Agus perlahan-lahan.

"Iya bener Gus, trus gimana?" Desak Anto makin penasaran.

Agus menghisap rokoknya, "Selagi aku kebelakang mengambil lilin, aku dengar tuh suara ting ting ting suara tukang bakso, dan waktu aku balik kedepan warung sambil membawa lilin, kau tahu apa yang kulihat?"

Anto dengan sikap dungu cuma menggeleng-geleng.

"Aku melihat gerobak tukang bakso tepat diseberang jalan di samping warungku. Tanpa ada penjualnya Tok! Serem gak tuh! ?"



Anto melongo, "Waduh, serem tuh Gus, terus gimana kelanjutannya?"

"Ya aku takutlah, makanya buru-buru kebelakang manggil emakku. Dan kau tahu apa yang kami lihat begitu balik kedepan?"

"Ouch, apa yang kau lihat Gus," tanya Anto setengah berbisik.

"Kami tak melihat apapun."

"Tak melihat apapun?"

"Iya Tok, gerobak bakso itu lenyap tanpa bekas, hiii.. syeremm." Ucap Agus dengan mimik muka diliputi ketakutan.

Anto termenung sesaat, otaknya yang kusut coba diurainya, ia lagi memikir-mikir kejadian yang dialami Agus dengan yang dialaminya semalam.

Semalam itu ia juga dengar pukulan sendok pada mangkok tukang bakso, tapi ia tak melihat gerobak tukang bakso, sedang Agus mendengar juga panggilan khas tukang bakso, melihat gerobaknya, tapi tak dilihat si penjual. Kemana si penjual?

Ah! Anto pukul jidatnya sendiri, kenapa dia bodoh, bukankah semalam ada satu pembeli di warungnya saat ia hendak menutup warung, seorang lelaki membeli lilin? Itulah jawabannya, si pembeli lilin adalah si tukang bakso! Yang terjadi pasti si tukang bakso kehabisan lilin, mungkin semula ia hendak membeli di warung Agus, tapi karena warung Agus sepi sebab pemuda itu tengah kebelakang mencari lilin, si abang bakso akhirnya beli lilin di warungnya. Yah, itulah pasti yang terjadi, memikir demikian Anto nyengir.

"Hei!? Apa yang lucu Tok?" tegur Agus.

Anto menggaruk kepala, "Sorry Gus, tapi kurasa ceritamu tadi sungguh melampaui rasa takutku, kau tahu, kalau seseorang dilanda takut berlebihan bisa menunjukkan ekspresi yang aneh, ya salah satunya seperti aku nyengir tadi."

"Jadi kau pun takut mendengar ceritaku tadi Tok?"

"Iya jelaslah, oke Gus, thanks ya, aku pamit.. dan kurasa kita harus berhati-hati kalau jaga warung di malam hari sekarang, kau tahukan maksudku?" ucap Anto dengan muka tegang dan serius.

Agus mengangguk-angguk dengan cepat, "Betul Tok, kurasa akupun enggan untuk buka warung terlalu larut untuk saat ini.'

Anto kemudian meninggalkan rumah Agus, mungkin dia berdosa tidak menceritakan kejadian sebenarnya pada Agus. Tapi entah kenapa, cerita si Agus menurutnya tak patut untuk di gugurkan, biarlah cerita tentang Hantu Tukang Bakso akan selalu mengendap menjadi satu memori istimewa buat pengalaman pemuda itu.

Sekian.

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment

Previous Post Next Post