ELIANA - Utusan Kegelapan


Lelaki itu beperawakan tegap, matanya tajam, ditambah lagi alisnya yang tebal hampir menyatu diantara keduanya, membuat penampilannya makin terlihat jantan.

Saat itu dia berada di antara empat lelaki bertampang garang yang siaga mengelilinginya, tapi hebatnya lelaki beralis tebal tetap unjukkan sikap tenang.

"Serahkan kopermu!" Bentak salah seorang pengepungnya, yang menggenggam sebilah pisau.

"Kalau tidak..?" tanya lelaki itu santai sembari melirik koper hitam di genggaman tangan kirinya.

"Menantang kamu ya!" teriak lelaki yang menggenggam pisau.

"Hajar aja Bang, jangan kasih kendor!" ucap kawan disampingnya yang berbadan agak kerempeng tapi bertubuh tinggi.

Mendengar kawannya memanasi, si lelaki berpisau meludah dan tanpa basa basi menikam pemuda di depannya dengan nafsu.

Entah bagaimana caranya, tahu-tahu pisau itu sudah berpindah tangan, dan gerakkan selanjutnya sebuah hujaman melanda punggung lawan yang menyerangnya.

Crap! Akhh! Teriak kesakitan terdengar, lelaki yang tertikam senjatanya sendiri terjerambab jatuh.

Melihat dengan mudahnya calon mangsa menjatuhkan teman mereka, tiga orang lainnya tampak terkejut. Dan bagai dikomando ketiganya lantas lari berserabutan meinggalkan rekannya yang termakan senjatanya sendiri.

Eh!? Tampaknya si pemuda tak menduga para pengepungnya bermental lemah seperti itu. Selagi dia memikir, satu erangan terdengar, dilihatnya lelaki yang terkapar ditanah coba bangun. Ia dekati perlahan lawannya, kakinya terangkat. Jleb! Hekh! Pisau terbenam rata di dalam punggung, suara tercekik adalah suara akhir dari lawan, selanjutnya tubuh yang terkapar itu diam untuk selamanya.

Lelaki beralis tebal kembali langkahkan kaki, malam telah cukup larut ada satu tugas penting yang harus diselesaikannya sebelum matahari terbit.

Dilain tempat, pemuda berambut gondrong bernama Arga tampak tengah berpikir keras di sebuah kursi di cafe terbuka. Ada satu fenomena dilangit yang belum lama menjadi perhatiannya. Bulan itu. Walau tak sampai satu menit ia sempat melihat warnanya berubah memerah. Apa yang terjadi? Sepengetahuannya, hal semacam itu merupakan pertanda ada hal mistis terjadi, tapi apakah?

Selagi memikir, dari jauh dilihatnya sosok yang dikenalinya. Eliana. Hebat betul perempuan itu, berkeliaran seorang diri tengah malam begini?

Arga bangkit dari duduknya, melambaikan tangan ke arah gadis. Tampaknya gadis itu tahu keberadaannya, karena kakinya terus melangkah mendekat.

"Hai Arga!"

"Eliana, tak kuduga bisa ketemu kamu selarut ini, duduklah, biar kupesankan minum untukmu."

Si gadis menggeleng.

"Hei, kenapa? Hendak kemanakah?"

Gadis itu tersenyum, "Tak tahu Arga, perasaanku gelisah malam ini, dan kaki ini, sepertinya masih ingin melangkah."

"Baiklah, tapi biar kutemani, sebentar, kubayar minuman dulu." Ujar si pemuda, kemudian bergegas ia membayar minuman.

Mereka berjalan di terangi sinar rembulan, makin lama kaki mereka melewati area yang cukup sepi. "Hendak kemana kita Eliana?" tanya Arga akhirnya.

Si gadis menghentikan langkahnya, "Kau tahu Arga, sebenarnya aku sempat terlelap tadi, terbangun karena mimpi buruk."

"Mimpi apa rupanya?"

"Langit tampak memerah, semerah darah, dan kulihat sesosok tubuh muncul, aura kematian kurasakan begitu kuat."

"Ohh," Arga teringat akan fenomena alam yang beberapa waktu lalu dilihatnya.

"Kau tahu arti mimpiku?" tanya si gadis saat melihat si pemuda tampak terkejut.

"Sayangnya tidak, tapi kurasa mimpimu pertanda sesuatu buruk bakal terjadi."

Eliana terdiam, coba memahami ucapan terakhir Arga.

Di satu tempat, lelaki berkoper menghentikan langkahnya. Sebuah rumah besar berdiri angkuh di depannya. Ia buka koper yang sedari tadi di bawanya, sebuah benda semacam ikat pinggang tergulung rapi, begitu ditarik terdengar suara berkeredapan, ternyata benda itu adalah sebuah pedang lentur, dengan sisi bergerigi. Begitu senjata tergenggam, hawa magis seperti uap hitam menguar, menyelubungi tubuh si pemuda, begitu uap menipis, pakaian yang dikenakan semula merupakan tuxedo berubah menjadi semacam baju zirah berwarna hitam pekat, bahkan mata lelaki itupun berubah hitam keseluruhannya.

Tubuhnya melenting, melewati gerbang rumah yang cukup tinggi. Hup! Kini ia berada di halaman. Matanya mengawasi sesuatu yang tak jauh berada di pintu depan. Seorang lelaki tua. Lelaki yang memiliki jenggot agak panjang dan sebagiannya telah memutih berdiri tenang, sebuah tombak ada di genggamannya. .

Mata si pendatang tak memedulikan wujud si tuan rumah, matanya membentur benda berupa kalung dengan bandul berbentuk cakra yang menggantung di leher si orang tua.

"Aku tahu maksud kedatanganmu, kau diutus untuk benda ini."

Terdengar dengusan.

"Serahkan." Terdengar suara dari mulut si pendatang.

"Tak semudah itu, hehee.." ucap si orang tua dan melintangkan tombaknya.

"Hmm.." Gumaman di susul dengan berkelabatnya tubuh makhluk berzirah. Cepat luar biasa. Dalam sekejap ujung pedangnya sudah sejengkal di leher lelaki tua.

Tapi lelaki tua itu rupanya bukan orang sembarangan, tubuhnya mendadak lenyap, dan sapuan tombak melengkung menggedor punggung lawan.

Trakk!

Walau tombak tepat menghantam punggung, tak terdengar secuil pekik kesakitan, baju zirah itu benar-benar berbahan kuat tak mampu tertembus ujung tombak.

Lelaki tua melompat mundur, mengawasi lawannya. "Hebat!" pujinya.

Sang lawan menyeringai, "Kau tak tahu siapa aku orang tua, di jajaran perwira iblis aku satu diantara sepuluh perwira tingkat tiga, pilihanmu cuma satu, serahkan barang itu atau mati!"

"Hahaha, belasan tahun kujaga benda ini, puluhan bangsa gaib rontok diujung tombak, lantas apa yang menghalangi tombakku mengembalikan sukmamu ke alam gaib," balas si lelaki tua tak kalah menggertak.

"Lancang!" teriak utusan gaib itu, pedangnya berkeredep, menjulur panjang bagai cambuk berusaha membelit tubuh si orang tua.

"Heah!" Tubuh si orang tua kembali menghilang, dan tahu-tahu gempuran tombaknya mengarah ke wajah musuh yang tak terlindungi zirah.

Ups! Lawan melenting kebelakang, tangannya bergerak, pedang bergerigi bergulung menutup semua ruang.

Trak! Trak! Trak! Mau tak mau lelaki tua menggunakan tombaknya untuk mengebut pedang lawan. Kemudian tubuhnya berputar kebelakang.

"Sial!" rutuknya saat dilihat tombaknya sudah tak utuh lagi, remuk bagai terlanda gergaji.

"Hahahaa! Lihat orang tua! Senjata andalanmu sudah koyak tak berguna, sebentar lagi tubuhmu yang akan termakan Pedang Silumanku!"

Si orang tua melempar senjatanya. Tangannya membuat gerakan berputar-putar.

Saat itu Eliana dan Arga sampai di depan rumah besar, hanya ada satu rumah disitu, sekelilingnya hanyalah tanah kosong dipenuhi pepohonan.

"Kau dengar tawa itu Eliana?"

Si gadis mengangguk, "Marilah kita tengok, sepertinya tempat inilah tujuan kakiku malam ini."

Dibalik pagar, lelaki tua terus memutar-mutar tangannya, sebuah bulatan berwarna hitam terbentuk.

Makhluk yang membekal pedang bergerigi tercekat, "Lubang hitam..." ia sepertinya tahu bahaya yang dihadapinya, sekali tubuhnya terhisap, tak mungkin ia bisa keluar dari lubang itu.

Dengan satu teriakan memekik, tangannya menghantamkan pedang kedepan. Pedang itu menerjang menjadi ratusan, duri dan ujungnya yang tajam bagai kepala naga yang siap mencercah korbannya.

Heahh! Lelaki tua di depan sana memukulkan tangan kedepan, bulatan hitam itu melesat, menelan ujung-ujung pedang lawan.

Aihh! Terkejut melihat pedangnya tertelan, refleks dilepaskannya gagang pedang dan melompat jauh kebelakang.

Hebatnya bulatan hitam terus memburu, menghisap tubuh lawan. Aarghh! Terdengar pekikan, saat utusan kegelapan mulai merasa tubuhnya terhisap, ia meronta dan melolong, tapi semua percuma, tak sampai hitungan menit seluruh tubuhnya amblas tertelan bulatan hitam.

Hup! Begitu lawan amblas masuk ke lubang hitam, si orang tua mengatupkan telapak tangannya, bulatan hitam lenyap tak berbekas. Selanjutnya tubuhnya ambruk dengan dua lutut ke tanah. Nafasnya tersengal berat.

Eliana dan Arga yang baru melompat di atas pagar masih sempat melihat saat makhluk berzirah tertelan lubang hitam, mereka berdua benar-benae kagum dengan kemampuan si orang tua.

Mendahului, Arga melompat turun di susul Eliana, mereka mendekati si orang tua yang masih duduk bersimpuh.

Si orang tua yang melihat dua muda mudi yang baru datang tersenyum. "Aku sudah terlalu tua untuk ini." ucapnya sambil mengusap keringat yang membasahi keningnya.

Keduanya membantu orang tua itu berdiri dan menuntunya masuk ke dalam rumah.

Rumah besar itu memiliki berbagai barang antik di dalamnya. Setelah mampu meredakan gejolak energi akibat pertarungan, si orang tua memperkenalkan diri bernama Dirgantara, seorang kolektor barang antik yang suka hidup bersendiri.

Kesendiriannya bukan karena tidak suka bertemu atau bergaul dengan manusia lain, tapi dikarenakan beban yang ditanggungnya penuh bahaya, karena ia mendapat tugas dari mendiang gurunya menjaga sebuah benda keramat berupa cakra, yang merupakan kunci gerbang pusaka keramat.

"Pusaka apakah itu tuan?" tanya Arga penuh rasa ingin tahu.

"Sebuah pedang, siapapun yang mengendalikan pedang itu, akan menguasai alam nyata dan alam gaib, karena itulah dengan segenap jiwa kujaga benda ini," jawab lelaki itu sembari memegangi kalung cakra di lehernya.

"Sangat berbahaya tugas yang tuan emban." ucap Arga.

"Ya, kali ini datang perwira tingkat tiga dari penguasa kegelapan, aku tak bisa membayangkan makhluk macam apalagi yang bakal menyatroniku kelak."

"Tuan jangan khawatir, kami berjanji akan membantu bila tuan membutuhkan tenaga kami." kini Eliana yang buka suara.

Ki Dirgantara mengangguk, "Aku percaya, sekali melihat sudah ku tahu kalian bukan manusia sembarangan, bukan mudah bagi utusan kegelapan untuk masuk ke dimensi manusia, ada jarak waktu-waktu tertentu, karena itulah aku tak terlalu khawatir untuk beberapa waktu kedepan."

Arga dan Eliana sadar, musuh yang dihadapi si orang tua berbeda dengan yang biasa mereka hadapi, jauh lebih kuat, tapi walau demikian, mereka bertekad akan membantu si orang tua bila diperlukan suatu saat nanti. Setelah berbasa basi beberapa lama, keduanya pamit meninggalkan kediaman Ki Dirgantara.

Sekian.

Baca SERIAL ELIANA Lainnya

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment

Previous Post Next Post