GENG OKNUM - Misteri Ular Besar di Tengah Hutan


Geng Oknum adalah sekumpulan anak muda yang punya minat menyelidiki berbagai peristiwa yang mereka jumpai, terutama hal-hal mengandung misteri ataupun kasus yang membutuhkan pemecahan. Terdiri dari tujuh anak muda, yakni: Roby, Aris, Dimas, Ade, Edy, Arul, dan Riyan. Tapi memang dalam beberapa kejadian, tidak selalu mereka bertujuh terlibat.

***

"Tidak! Sekali lagi tidak!" teriak Aris saat kawan-kawannya mengajak untuk berlibur. Apa pasal dia menolak? Soalnya anggota Geng Oknum yang lain mengajaknya berlibur di negeri antah berantah, satu tempat yang cukup terpencil dari peradaban, yaitu di rumah rekan si Ade.

"Jangan gitu ah, aku gak enak ini sama kawanku, sudah kubilang dengannya kita berempat akan berlibur ini.." ujar Ade.

Setelah adu argumen cukup alot, akhirnya Aris mengalah, "Yah sudahlah, terserah kalian, yang jelas jangan pernah suruh aku nanti menimba air di sumur waktu tempat temenmu itu, tanganku cukup sensitif untuk pekerjaan yang mengeluarkan keringat." Ketiga temannya tertawa melihat gaya manja Aris.

Esoknya mereka berangkat, naik travel ke kota terdekat dengan tempat tinggal kawan si Ade. Kurang lebih lima jam mereka sampai di tujuan. Sebenarnya sesuai janji, mereka akan di jemput. tapi rupanya si penjemput belum tiba, sembari menunggu mereka duduk sambil berbicang.

"Hadeeh.. belum-belum sudah terbiarkan begini, bagaimana nasib kita nanti disana, jangan-jangan temenmu lupa kita akan datang," keluh Aris.

"Huuh ciwek!" tukas Ade sebel.

"Udah-udah, daripada ribut mending kita planning dulu, kira-kira apa yang nanti kita perbuat di kampung temenmu itu, apa berenang, mancing ato apa gitulah.." ucap Dimas mendinginkan suasana.

Ade terdiam sebentar, dia masih kesel dengan gaya temennya yang lebay, tapi tak lama mulutnya berucap, "Kalo tempat mancing aku ndak tahu, yang kutahu tempat temenku itu di tengah hutan, kurasa kita bisa kemping menikmati pemandangan alam yang masih asri."

"Wah seru itu mas Bro, aku setuju itu, kita musti kemping nanti, memang sekali waktu kita harus merefresh otak kita yang penat dengan aktifitas kota yang penuh polusi,"  kata si Edy. Anggota Geng Oknum satu ini memang gemar dengan kegiatan yang berbau alam.

Untung si penjemput tak lama datang, mengendarai sebuah mobil jip temen Ade sendiri yang menjemput, Aldo namanya. "Sorry ya agak telat, maklum, jalanan desa tidak semulus jalanan kota," lantas ia peluk Ade dan menjabat ketiga rekannya.

Kurang lebih satu jam setengah mereka berkendara menuju kampung Argo, setelah melewati kota, sesuai denga ucapan kawan Ade, mereka melewati yang tidak bagus itu, jalanan yang berlubang dan becek, di sisi kanan jalan yang mereka lihat hanya pepohonan yang tumbuh lebat.

Rumah Aldo tak sesederhana perkiraan mereka, sebuah rumah permanen yang terlihat modern, begitu masuk suasana di rumahpun tak kalah modern, semua penuh barang-barang yang seperti mereka lihat ada di rumah-rumah perkotaan, maklumlah ayah termasuk orang berpunya, mengelola lahan perkebunan yang luas di kampungnya.

Selesai menaruh barang-barang bawaan, Aldo mengajak mereka untuk makan, "Perjalanan jauh, kalian pasti lapar, ayolah!" ajaknya.

Hidangan spesial rupanya sudah disiapkan Aldo sekeluarga. Meja makan penuh berisi hidangan yang mengundang selera, mata Aris terbelalak, wah sepertinya persepsinya tentang kampung yang jauh dari kemewahan terformat ulang.

Di rumah hanya ada Aldo, Ibunya dan seorang pembantu. Ibunya seorang paruh baya yang sangat ramah, dengan sungguh-sungguh meminta Ade dan kawan-kawan jangan malu-malu untuk menyantap hidangan yang tersedia. "Harus habis lho nak, ibu sudah masak spesial buat kalian." selesai berucap Sang Ibu pergi kebelakang.

Tentu mereka berempat tak malu-malu, begitu sudah menempati kursi masing-masing, langsung mereka asyik menyantap hidangan yang tersedia. "Ayahmu kemana Do?" tanya Ade disela-sela santap mereka.

"Oh, ayah sedang ke kota, ada keperluan, baru minggu depan pulang," jawab Aldo. Ade mengangguk-angguk.

Malamnya mereka duduk santai di serambi, ngobrol santai sambil menikmati suasana malam yang tampak bercahaya dengan sinar rembulan yang bulat putih di angkasa.

Setelah bercakap-cakap cukup lama ingatlah Ade akan gagasan yang dilontarkannya siang tadi, "Do, besok kau ada acara?" Aldo menggeleng. "Kenapa?"

"Kami tadi ngobrol iseng saat nunggu jemputan, Si Dimas tanya, kira-kira apa rencana kegiatan kita selama liburan di sini, lantas ku jawab, karena tempat tinggalmu di kelilingi hutan, ya mungkin kemping, gimana Do? Kira-kira bisa tidak kalau besok kita kemping barang semalam?" tanya Ade lagi.

Aldo terdiam tak menjawab, dia menoleh, "Ku rasa kemping memang bagus De, tapi kurasa jangan di sekitar Kampung ini."

"Maksudnya?"

"Ya kalau di tempat lain si ndak masalah, tapi kalau di tempatku ini bagusnya jangan, biar aman."

Ade bingung dengan ucapan Aldo yang tak jelas, "Maksudnya gimana Do? Memang kenapa di kampungmu?'

Aldo toleh kiri toleh kanan sebelum buka omongan seakan khawatir ucapannya ada yang mendengar, "Ini boleh kalian anggap guyonan, tapi sungguh yang kukatakan.. kalian tahu? Sudah beberapa minggu di sekitar hutan kampung ada penampakan.."

Ade dan ketiga kawannya menahan napas, menunggu kelanjutan ucap Aldo, ditunggu lama Aldo tak bersuara, Edy bersuara, "Penampakan apa mas?"

"Ular.. ular besar.. besar sekali.. itu kata mereka yang melihat.. hiii ngeri.. beberapa warga mencoba menangkapnya, tapi tak berhasil... ular itu muncul begitu saja.. mengagetkan para penduduk yang berpergian di hutan... sampai kini belum tertangkap.. karena itu kubilang, Kampung ini tak bagus buat kemping.."

Ahem! Aris terbatuk, "Ya betul, tidak aman itu, lebih aman di rumah aja, ular bukan hewan jinak, yah menurutku kita tetap di rumah saja."

Teman-temannya tak merespon apa yang di ucapkan Aris, pikiran mereka  mencoba membayangkan tentang keberadaan ular itu.

"Apakah ada yang jadi korban?" tanya Dimas.

"Kalau manusia memang belum, tapi kalau hewan banyak.. penduduk sering menjumpai hewan-hewan hutan yang tersisa bagian-bagian tubuhnya, jelas itu ulah si ular yang merajalela.

Edy mengkerut, ada yang ganjil dengan penjelasan Aldo tapi ia belum berani menyimpulkan.

Geng Oknum bukan Geng kalau takut akan desas desus yang belum mereka lihat sendiri, biar Aris merengek-rengek untuk tetap tinggal, mereka tetap sepakat untuk kemping. Hanya mereka berempat, Aldo tak ikut, mereka tak ingin melibatkan Aldo dalam masalah.

Besoknya mereka berkemas dan menuju huta. Suasana hutan yang begitu indah membuat mereka langsung lupa akan gosip ular besar itu. Setengah harian mereka masuk kehutan, langkah mereka terhenti saat melihat sebuah bangunan tampak di kejauhan, begitu dekat rupanya sebuah rumah, tampak terbuat dari kayu, ada sebuah lereng agak meninggi perbukitan di sebelah kanan rumah dari tempat Geng Oknum berada.

Tak langsung mereka menuju rumah itu, karena mereka pikir siapa yang tinggal di rumah itu? Kosong atau ada penghuninya?

Cukup lama mereka berdiam diri di kejauhan terlindung dengan semak-semak mengawasi rumah tersebut, mereka mesti memastikan bahwa rumah itu memang kosong tanpa penghuni. Setelah setengah jam mereka menunggu, Geng Oknum melihat beberapa gerakan-gerakan, Edy mengambil teropong di tas ranselnya. Orang. Ia melihat beberapa orang.

Tak mau gegabah Geng Oknum memutuskan untuk kembali, mereka perlu mencari tahu, adakah memang penduduk desa yang melakukan aktifitas di dalam Hutan.

"Tidak, tidak ada, semua penduduk takut kehutan, tak ada yang berani kesana!" itu jawa Aldo. Geng Oknum saling berpandangan.

Malamnya tanpa sepengetahuan Aldo, mereka berempat berindap keluar rumah, tujuan mereka satu, Hutan!

Tak berani mereka nyalakan senter, dengan langkah lambat mereka berjalan, walau gelap dengan bantuan sinar rembulan mereka mengenali jalan yang mereka lalui siang tadi. Semakin lama mereka makin mendekati tempat di mana rumah itu berada. Mendekat kearah rumah di hutan itu, mereka memutuskan untuk memutar kearah perbukitan, karena mereka meyakini, siapapun penghuni rumah tak nanti melintasi daerah itu.

Ada semacam tetumbuhan di depan mereka di area bukit itu mereka dengan perlahan melangkah kesana, selagi mereka melangkah mata mereka nanar mengawasi sebentuk makhluk yang tampak memanjang melingkar bergerak-gerak di atas tetumbuhan. Saat mata mereka memandangi betul. Deg! jantung mereka berdegup. Ular! yang mereka lihat ular, kepalanya begitu besar dengan badannya yang sangat besar dan panjang.

Hilang keberanian mereka, tanpa di komando mereka menubras-nubras tetumbuhan. Aduuh! satu teriakan. Aris tejungkal, ia tersandung sesuatu. Ketiga temannya walau di liputi rasa takut tak urung berbalik ia menyeret tubuh Aris dan menariknya kembali berlari.

Setelah cukup jauh berlari mereka berhenti. Napas mereka memburu, berlari dipenuhi rasa takut benar-benar membuat mereka merasa seribu kecapean jadi satu.

Setengah jam mereka hanya duduk terdiam, sambil sesekali memandang arah dimana ular besar itu berada, untung mereka tak melihat monster itu mengejar, mungkin makhluk buas itu sedang tertidur pikir mereka.

"Kakiku.." rintih Aris.

Kawan-kawannya segera mendekat. mereka periksa kaki Aris, ada lebam mereka lihat, mungkin karena terjatuh tadi.

"Hei apa yang kau genggam?" tanya Ade.

Aris memandang tangannya, hanya tetumbuhan di tempat ia jatuh tadi, rupanya tak sengaja ia tertarik saat ia hendak jatuh.

Edy yang telah berhasil menenangkan nafasnya mendekat, "Kesinikan daun itu, sebenarnya apa yang tertanam di lereng bukit tadi?"

Aris mengangsurkan daun. Beberapa saat Edy pandangi dedaunan, diraba-raba, sesekali diciumnya, penasaran ia nyalakan senter. "Ah!" teriaknya.

Tiga temannya memandang heran, "Kenapa?" tanya Dimas.

Mata Edy memandang berbinar, "Kini jelas semuanya, ular, rumah, dan orang-orang di hutan."

"Jangan membuat kami bingung begitu, jelaskan pada kami, apak yang kau maksud?"

"Kalian tahu dau apa ini?" tanya Edy memancing dengan mulut menyeringai.

Geng Oknum yang lain menggeleng.

"Ganja..."

Memang cukup satu kata itu  saja yang diucapkan Edy, tapi ucapannya sudah membuat pikiran ketiga temannya terbuka dengan semua persoalan yang terjadi.

Ada sekelompok orang yang melakukan kegiatan ilegal di hutan itu, yakni menanam ganja, agar usaha mereka tidak di ketahui warga, dibuatlah cara supaya masyarakat takut kehutan, yaitu dengan teror Ular Raksasa. Setelah tahu bahwa daun itu ganja mereka memang lantas mengingat-ingat kejadian saat bertemu ular itu, seekor ular yang besar dan panjang, meliuk-liuk dan berada di atas tetumbuhan. Aneh bukan, seekor ular sebesar itu bisa bertengger di atas tetumbuhan? Seakan-akan ular itu begitu ringan. Mereka simpulkan itu bukan ular sungguhan, tapi berupa balon berbentuk ular yang digunakan untuk menteror warga. Apalagi si Edy menyampaikan dugaan sebelumnya. "Kalian ingat cerita Aldo tentang korban hewan-hewan yang ditemukan warga? Kalau betul ular, tak nanti menyisakan bagian tubuh korbannya, ular selalu menelan bulat-bulat mangsanya!"

Malam itu mereka tak kembali kerumah di tengah hutan, misterinya sudah mereka bongkar, kini mereka kembali rumah Aldo. Sesampai dirumah segera mereka bangunkan sahabatnya itu dan menceritakan pengalaman mereka, di tunjukkannya bukti dau ganja itu pada Aldo.

Aldo tak percaya dengan pemaparan Geng Oknum, namun bukti yang ditunjukkan dan kaki Aris yang lebam sudah dapat dijadikan pegangan kalau teman-temannya tak bohong, maka malam itu juga mereka menuju kota terdekat, melaporkan segala penemuan mereka pada aparat.

Dengan argumen yang mumpuni Geng Oknum berhasil meyakinkan aparat, pihak kepolisian segera menyiapkan anggota-anggotanya untuk bergerak menuju Kampung Aldo. Geng Oknum mendampingi petugas kepolisian menuju rumah ditengah hutan, hanya Aris yang tinggal karena kakinya tak sanggup lagi di ajak jalan berat.

Kasus selesai, dengan petunjuk yang baik dari Geng Oknum, seluruh anggota penanam ganja berhasil di ringkus, termasuk ular yang digunakan untuk menakut-nakuti warga yang ternyata hanya merupakan balon.

S e l e s a i. 

Baca SERIAL GENG OKNUM lainnya.

Kumpulan Cerita Misteri, Cerita Silat, Cerita Horor, Cerita Remaja, Cerita Anak, Cerita Religi, Cerita Lucu, Cerita Sejarah, Cerita Petualangan, Cerita Detektif, Cerita Pendek, Cerita Serial, dll.

Post a Comment

Previous Post Next Post